•Happy reading•
>•<
Abyan baru tiba di Jakarta beberapa menit yang lalu. Ia berjalan dan menenteng tas punggungnya, sembari memegang ponselnya. Huft... ternyata ponselnya kehabisan baterai, mana dia gak bawa power bank lagi. Lalu pria itu berjalan keluar bandara untuk mencari taksi.
Sudah cukup lama ia menunggu tapi tak ada satupun taksi. Saat ia lagi sibuk-sibuknya mengotak-atik ponselnya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Seketika, bulu kuduknya merinding dan iapun berbalik badan.
"Astaghfirullah aladzim! Lo Rifki gangetin gua aja tau gak!!" Sentak nya dengan mengusap dadanya.
Sedangkan yang disebut namanya malah tertawa terbahak bahak, melihat ekspresi wajah sang sahabat yang terlihat lucu dimatanya.
"Bukannya ngucapin salam, lu malah nepuk pundak gua kek gitu" protesnya.
"Ya sorry. Assalamu'alaikum ya ahli kubur. Eh! Tapi sejak kapan lu begitu?" Ucap Rifki dengan raut wajah herannya. Wajah Abyan langsung datar mendapati pertanyaan seperti itu, juga tatapan matanya yang tajam.
"Ahli kubur pale lu!" Cibir nya.
"Sejak lu kabur" balasnya dengan malas.
"Yailah gua disebut kabur lagi, emangnya sejak kapan gua kabur?"
"Daripada lu banyak tanya mendingan kita cari cafe aja, gua pegel dari tadi berdiri terus kek manekin" kata Abyan sambil menenteng tasnya di punggung, lalu Rifki mengikuti sahabatnya dari belakang.
"Woyy!! Tungguin gua napa!!" Teriaknya kek orang gila.
Setelah mereka menemukan cafe terdekat untuk sekedar ngopi dan berbicara mengenai keseharian mereka selama ini, setelah satu bulan lebih tidak pernah ketemu lagi.
"Jadi lu kabur ke Amsterdam cuman mau ngurusin Oma lu terus sama pantau bisnis lu juga gitu?" Tanya Abyan dengan serius.
Jadi, Rifki itu blasteran ya. Bapaknya Belanda, ibunya asli Indonesia. Jadi gak heran kalo dia bisa bolak-balik Indonesia-Belanda. Untuk agamanya pasti dia seorang muslim, diantara teman-temannya yang lain, Rifki itu selalu disebut yang paling alim. Karena dulu jika dan yang salah, pasti si Rifki yang selalu ceramahin temennya. Juga sewaktu mereka merayakan kelulusan sekolah, si Rifki menolak untuk meminum minuman alkohol. Katanya dia takut dosa, juga takut dimarahin sama orang tuanya.
"Yoi, tapi ya jangan pake kata kabur lah.. emangnya gue kenapa harus kabur?"
"Bukannya lu suka sama bini gua kan? Ya gua mikirnya lu itu kabur, ralat maksudnya pergi ke Amsterdam karena alasan yang lu bilang tadi" Abyan menyeruput minumannya.
"Ya itu dulu sih hehehe..." Balasnya dengan menggaruk tengkuknya.
"Tapi, alhamdulilah sekarang gua udah move on. Gua udah relain Qamira buat elo, tenang aja gua gak bakal rebut kok" tambahnya.
"Terus lo bakal netep lagi di Jakarta atau bakal balik lagi ke Amsterdam?" Rifki menggeleng pelan.
"Gua bakal terus ada di Jakarta, Oma gua kan udah sembuh. Om gua juga udah ada di samping Oma lagi, jadi gua gak perlu tuh balik lagi ke Amsterdam" jelasnya.
"Oh ya lu juga abis dari mana? Bulan madu ya... tapi, Qamira nya mana ya?" Goda Rifki dengan menaik turunkan alisnya.
"Lu ngapain nanyain bini gua sih hah!!" Hmm, sepertinya ada yang cemburu nih..
"Yaelah cemburuan amat sih jadi laki!"
"Gua abis dari urusan penting soal perusahaan gua. Dan untuk Qamira, dia gak ikut. Soalnya dia gantiin gua di kantor, dan gua emang lagi ada masalah sama dia" ucapnya dengan raut wajah serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spirituale[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...