*Happy reading*
*
*
*Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Perjalanan manusia dari tanah, kemudian menjadi gumpalan daging, sampai akhirnya jadilah manusia itu. Kun fayakun, jadilah ia maka jadilah.
Hidup manusia itu bertahap, dari tanah kembali lagi ke tanah. Lalu, apa saja tujuan hidup manusia? Yaitu, melaksanakan ibadah sesuai perintah Allah SWT. Kebaikan-kebaikan yang nantinya akan diperhitungkan di akhirat kelak. Surga itu sebagai bonus, karena kita telah melaksanakan semua perintah-Nya. Jadi, sering-seringlah berbuat kebaikan. Dan jangan abaikan semua perintah-Nya. Termasuk Sholat dan mengaji Alquran. Juga, muliakan orang tua selagi mereka masih ada.
Back to story. Setelah klarifikasi beberapa waktu lalu, akhirnya Abyan dan Qamira sepakat untuk mengadakan acara tujuh bulanan di rumah. Yang akan di hadiri oleh keluarga mereka, juga para tetangga. Sederhana sih, tapi sangat bermakna bagi mereka.
Keduanya lengkap dengan busana muslim warna putih, couple. Ini bumil yang yang minta couple-an, bukan Abyan. Ia hanya pasrah dengan apa kemauan istrinya.
"Mas, aku udah cantik belum?" Tanya Qamira pada suaminya yang sedari tadi memperhatikannya.
Abyan memandang Qamira dari atas ke bawah, hemm.. cantik sih. Banget malah.
"Cantik kok!"
Bukannya senang dipuji suami sendiri, eh dia malah merengut kesal. "Kok gitu sih, mujinya? Gak ikhlas banget.." kesalnya.
"Ya terus, saya harus bagaimana Qamira..? Harus sambil salto, iya?" Geram Abyan.
"Hehehe.. iya. Itu kalo Mas, mau sih. Sambil salto aja, aku dukung."
Jawaban yang membuat Abyan menepuk jidatnya, dia harus mempunyai stok sabar sebanyak-banyaknya dari sekarang. "Iya-in aja, biar kamu seneng."
"Tuh kan, gak ikhlas banget ngomongnya!"
Abyan menghela nafas panjang, mukanya sudah terlihat putus asa sekali.
"Udah, ah. Aku aku kebawah aja, nemuin para tamu." Setelah mengatakan hal itu, Qamira pun pergi meninggalkan Abyan sendirian di kamarnya.
Kemudian ia pun menyusulnya ke ke bawah, tepatnya di ruang tamu. Dan ternyata sudah banyak tamu yang datang, termasuk teman-teman Qamira. Siapa lagi kalau bukan Dina dan Olivia, juga satu perempuan yang tidak asing siapa ya? Oh iya, dia Zara sahabat istrinya yang sekarang menetap di Bandung. Dan suaminya adalah temannya sendiri. Akhirnya, ia hanya menghampiri Farhan yang juga sedang bersama Rifki.
"Ra, betewe, Lo cantik banget sumpah! Lo itu definisinya 'kecantikan seorang ibu hamil tak akan pudar'." Ujar Dina yang terlalu dilebih-lebihkan.
"Enggak ah, biasa aja kok." Balas Qamira dengan rendah hati.
"Iya, kamu itu cantik banget deh." Puji Zara.
"Kenapa sih, dari kemarin selalu aja ada yang puji aku cantik."
"Udah deh, dari tadi bahas itu mulu! Bosen gue dengernya. Eh, Ra. Lo selama hamil, pernah ngidam yang aneh-aneh gak?" Olivia bertanya dengan antusiasnya.
"Eum... enggak tuh. Kayaknya dia gak mau sampai ngerepotin Mama Papa nya." Timpal Qamira sambil tersenyum, tangannya mengusap perutnya dengan lembut.
Setelah itu mereka harus menunda untuk berbicara lebih banyak lagi, sebab acaranya akan dimulai.
•••
Acara tujuh bulanan sudah terlaksana dengan baik dan lancar. Namun, sepertinya para tetua, yaitu orang tua mereka masih ingin di rumah mereka. Akhirnya keduanya mengusulkan, jika mereka menginap saja. Ternyata, usulan itu langsung disetujui. Rumah jadi rame, deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Boss! [END]
Spiritual[Follow sebelum membaca ya] Suatu hari, Qamira yang ingin memulai interview kerja di sebuah perusahaan, namun sialnya ia bertemu pria yang menurutnya aneh sewaktu di bis trans. Dan siapa sangka, ternyata si 'pria aneh' itu ialah merupakan direktur...