Part 16| Jealous or Suspicious?

10K 505 1
                                    


•Happy reading•


Qamira bangun dari tidurnya dan yang pertama kali ia lihat adalah dada bidang seseorang. Dia pun mendongakkan kepalanya ternyata Abyan suaminya, entah kenapa dihatinya terasa sangat bahagia dan ingin sekali tersenyum.

Tapi dalam pikirannya juga bertanya-tanya, kenapa Abyan bisa tidur bersamanya? Ia menepis semua pertanyaan yang ada dipikirannya. Yang penting ia ingin terus bisa seperti ini, memeluk suaminya dengan penuh kasih sayang. Semoga tuhan mengabulkan permintaannya yang ingin terus berada disisi Abyan selamanya.

"Eunghh..." Lenguh Abyan yang terbangun dari tidurnya, langsung saja Qamira pura-pura tidur lagi dengan cepat-cepat menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya.

"Saya tau kok kamu udah bangun dari tadi." Ucapnya dengan mata yang masih tertutup. Qamira terkejut bagaimana pria itu bisa tau kalau dirinya sudah bangun dari tadi.

Dia membuka selimut yang ada ditubuhnya dan bangun dari tidurnya. Dilihatnya Abyan yang masih belum bangun juga, padahal tadi ngomong sesuatu. Qamira pergi ke kamar mandi setelah melihat jam, kebetulan sekarang sudah pukul satu siang. Dia belum solat Dzuhur, tapi diluar masih hujan.

Setelah selesai solat, Qamira berniat untuk membangunkan suaminya. Ia menggoyangkan lengan Abyan pelan.

"Mas, bangun kamu gak solat dulu?" Abyan menggeliat pelan.

"Kamu aja, saya enggak." Jawabnya singkat dan kembali tertidur. Qamira menghela nafas berat, satu lagi yang ia ketahui yaitu Abyan gak pernah mau diajak beribadah. Dan dia juga harus bersabar untuk bisa mengajak Abyan ke jalan Allah.

~~~~

Di pagi hari yang cerah, Qamira yang baru sampai di kantor terlihat ngos-ngosan. Sebab dia berlari sejauh beberapa meter, karena takut telat.

"Baru sampai," ucap Abyan dengan nada dingin juga tak lupa wajahnya juga datar macam tembok.

"Maaf pak, tadi taksi yang saya tumpangi tiba-tiba mogok dijalan. Jadi saya berlari dari sana kesini." Jelas Qamira yang masih menghirup udara segar.

"Gak ada alasan untuk kamu! Sekarang kerjain ini dan harus selesai sebelum jam makan siang!" Abyan menyerahkan setumpuk berkas-berkas yang harus dikerjakan oleh Qamira.

"Pak, yang benar aja dong! Masa saya harus kerjain ini semua. Terus bapak kasih waktunya juga cuma sampai jam makan siang!" Protesnya.

"Yasudah kalo kamu gak mau, ya terserah. Tapi kamu juga harus inget konsekuensinya apa." Setelah mengucapkan itu Abyan pergi dari hadapan Qamira. Dia mendengus kesal, kemudian duduk di kursi meja kerjanya dan memandangi setumpuk berkas yang harus dikerjakan olehnya. Setelah itu ia mulai berkutat dengan pekerjaannya.

Abyan tersenyum samar saat mengingat kejadian tadi, tapi emang sudah menjadi peraturan di kantor kalau ada karyawan yang telat, pasti kena hukuman. Termasuk Qamira tadi, sudah telat protes pula. Apalagi ekspresinya yang kesal itu.

Akhirnya selesai juga ia mengerjakan semuanya bahkan sebelum jam makan siang. Qamira meregangkan jari tangannya, capek pasti. Dia merapihkan berkasnya, habis itu membawanya ke ruangan Pak Abyan. Dilihatnya Abyan yang sedang fokus dengan laptopnya, apalagi kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung.

"Pak ini berkasnya sudah selesai saya kerjakan," Qamira menyimpannya di meja kerja Abyan. Pria itu pun mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang berbicara. Ternyata Qamira sekretaris yang suka telat, lalu dia melepaskan kacamatanya.

"Sudah." Ucap Abyan yang langsung di angguki cepat oleh wanita itu.

"Oke.. saya periksa dulu, kalau ada yang salah walaupun sedikit harus langsung kamu perbaiki dan harus sedetail-detailnya. Paham?" Tanya Abyan dengan tajam.

Hello, Mr. Boss! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang