Kembali ke realitas, Aliyah menatap bosan buku paket geografi yang tebalnya melebihi rasa solid teman-temannya Arash. Sebentar lagi jam istirahat, tetapi perputaran jarum jam seakan melambat.
Adel menyelesaikan kalimat terakhir dari soal-soalnya. Setelahnya, ia berdecak senang. Gadis itu menutup bukunya dan menyisihkannya di tepi meja.
Teringat sesuatu, Adel menyampingkan badannya menghadap Aliyah. "Beneran lo diculik dengan cara antimainstream, Al?"
Perempuan yang diajak bicara itu ikut memutar lehernya. "Iya," ucap Aliyah bangga.
Adel memandang langit-langit, tanda sedang berpikir keras. "Berarti penculiknya seratus persen ngincar Arash, bukan elo."
"Emang," jawab Aliyah tanpa beban.
"Yang mereka kasih ke elo itu aman, kan? Nggak ada racun? Narkoba? Alkohol?" tanya Adel berbondong.
Aliyah terdiam. Terlanjur bahagia dengan berbau stroberi, ia malah lupa mengecek semua makanan itu. Akan tetapi, sampai sekarang tidak ada gejala apapun yang Aliyah rasakan.
"Kayanya enggak, deh. Gue sehat-sehat aja, tuh."
"Jangan mau lagi diculik sama mereka, Al. Lo udah inget orangnya, kan? Tolong habis ini lo hati-hati," tandas Fairy, membuat kedua sahabatnya memandangnya lekat.
"Maaf, ya, Fe, gara-gara gue lo jadi khawatir," ucap Aliyah memelas.
Fairy menghela napas, "Bukan itu masalahnya. Gerak-gerik pengen marah Arash tu keliatan banget, tapi dia nggak nunjukin di depan gue." Fairy menatap dua gadis itu bergantian. "Diibaratkan bom, Arash itu udah meledak di depan gue. Apalagi pas denger gue nyebut anak Angkasa."
Melihat Arash yang masih menunjukkan kepeduliannya pada Fairy di saat pemuda itu juga cemas akan Aliyah, membuat hati kecil Fairy berdesir untuk tidak memandang Arash sama seperti Yoga.
"Lo, sih, pake acara kabur-kaburan dari Arash!" Adel ikut memojokkan Aliyah.
Aliyah terenyak. Rasa bersalah menghantam rongga dadanya. Aliyah memang tidak kenapa-napa, tetapi dia telah membuat Arash begitu mencemaskannya. Semua gambaran wajah yang Arash tunjukkan padanya, sebisa mungkin dia tahan agar tidak pecah di hadapan Aliyah.
Apa benar Arash menyukainya?
"Mending lo pacaran aja sama Arash."
Ucapan Fairy berhasil membuat kedua sahabatnya membulatkan mata. Tidak menyangka seorang Fairy Cania Halzan berkata demikian. Mengingat cewek itu tidak begitu suka dengan komplotan Arash.
🍓🍓🍓
"Gue bisa bosan makan bakso terus, tapi gue nggak bisa bosan sama yang jualan baksonya," celetuk Yoga, harap-harap Mbak Titin bisa mendengar ucapannya.
Kelima cowok itu telah selesai menghabiskan dua mangkuk mi ayam dan tiga piring siomai. Demi Yoga, mereka rela berganti menu hanya di lapak Mbak Titin.
Sahabat-sahabat yang pengertian.
"Gue kasian sebenernya sama dia," sahut Fadhil pelan agar tidak didengar Yoga.
Arash ikut menambah, "Kurang kasih sayang dari neneknya, ya, gitu."
"Jomblonya udah mendarah daging, sampe janda digebet." Fadhil turut menimbrung setelah selesai meneguk airnya.
Sementara Negan? Matanya saja yang bergerak-gerak. Saat Arash berucap, Negan menoleh. Fadhil yang bertutur, Negan berganti menatap Fadhil. Begitu pun dengan Putra.
Yoga menggebrak meja. "Kalau mau ngegosipin orang jangan di depan orangnya. Jauh-jauh, kek, ke Baghdad misalnya."
"Tipe cewek lo kayak gimana, sih, Ga?" tanya Fadhil pada Yoga, penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
With(out) Strawberry (COMPLETED)
Ficção AdolescenteJUDUL SEBELUMNYA 'STRAWBERRY MILK' Bagi Aliyah Afifa, susu stroberi adalah hidupnya. Sehari tanpa susu stroberi bagai insan tanpa pasangan, serasa ada yang kurang. Termasuk menerima Arash sebagai pacarnya, disogok dulu dengan iming-iming susu strobe...