27. Papa Nov

301 22 11
                                    

“Fe, jangan dengerin Yoga, ya?”

Aliyah mengerjap-ngerjap, menghadap Fairy yang memerah menahan kesal. Selepas kejadian tadi, Fairy kembali ke kelas. Tak lama, dua temannya mengejar.

“Iya, Fe. Yoga lo dengerin. Nanti jadi ikutan gila,” ucap Adel.

Tidak. Fairy tidak ingin karena ucapan Yoga, mengubah rasa persahabatan yang ada di dirinya. Akan tetapi, perkataan Yoga terus menyerang batinnya.

Apa maksud Yoga itu Fairy tidak pantas berteman dengan gadis feminin seperti Aliyah dan Adel?

Ya, memang perbedaan antara dirinya dan kedua temannya sangatlah jauh.

Mereka dominan dengan kecewekan, sedangkan Fairy tidak ada femininnya sama sekali.

“Gue nggak masalah, kok. Cuma, ya, gue kesel aja sama dia,” suara Fairy serak. Ia berusaha menampilkan senyumnya.

Aliyah melipat bibirnya. Ia memeluk Fairy dari samping. “Yoga lagi kumat gilanya, Fe. Gue yakin Yoga nggak ada niat ngomong kayak gitu.”

Adel ikut memeluk Fairy. “Jangan benci-benci, ya, Fe. Nanti jodoh, loh.”

Fairy menghela napas. “Udah, ah. Nggak usah ngomongin si jigong onta itu,” jengahnya.

Mereka terkekeh dengan keadaan saling memeluk. Fairy yang sebenarnya geli tubuhnya ditempel-tempel, terpaksa membiarkan posisi ketiganya seperti itu.

“Ih, peluk-peluk apa ini? Kalian kira di sini poto studio?” celetuk Fadhil yang baru saja masuk kelas sehabis membeli pop es. Wajar dia tidak tahu-menahu pasal kejadian di ruang musik.

“Sirik lo, ya?” celetuk Fairy.


🍓🍓🍓


“Nanti libur semester kita ke mana, ya?” Yoga menatap hamparan langit melalui jendela. Berbincang seolah gumpalan awan mampu mendengar pertanyaannya.

“Ke Maladewa aja,” usul Fadhil yang tengah duduk di meja sambil menggulir-gulir layar ponsel. Kuotanya habis, jadi ia hanya membolak-balikkan menu.

Sementara, Negan duduk berdiam di lantai. Ruangan pojok sekolah ibarat tempat bertafakur bagi temannya yang lain. Sehingga dijadikan markas berkumpul mereka berlima.

“Lo kata kita pergi honeymoon ke Maladewa segala?” cetus Putra sebal.

“Iya, ya? Yang ada lo sama Arash malah khilaf di sana,” jawab Fadhil tanpa dosa. Sudah menduga liburan mereka akan mengajak pasangan bagi yang punya.

Jika tidak punya ... ya, peluk tiang listrik saja.

Putra dengan cepat menoyor kening Fadhil. “Gini-gini gue nggak mau ngerusak cewek sendiri.”

Arash mengangguk setuju. “Kalau beneran sayang sama cewek, yang ada gue jadi orang yang jagain dia. Cinta berlandaskan sayang, Bro, bukan nafsu.”

Baiklah, Fadhil diserang oleh dua bujang kasmaran. “Udah jadi bujang teguh aja lo berdua.”

Arash menghela napas lelah. Setelah ini, dia perlu berpikir beribu kali untuk membiarkan adiknya dengan Fadhil. Walaupun sering bercekcok, tetapi semua itu mengalahkan rasa sayang Arash terhadap adiknya.

Negan berdeham. “Libur semester bukannya tiga bulan lagi?”

Yoga menjawab, “Iya. Kan, prepare dari sekarang.”

“Yang lo prepare itu bukan liburan, tapi ujian!” tukas Putra tajam.

Yoga bergeser mendekati keempat temannya. “Gue udah prepare ujian. Gue udah booking Negan sama Ipeh dari awal masuk kelas sampai kelas dua belas. Bahkan sampai ujian akhir gue juga udah booking jadi kunci jawaban gue.”

With(out) Strawberry (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang