28. Chatting

286 25 9
                                    

Pembaca boleh mengilusikan sendiri tokoh-tokoh mereka siapa. Boleh orang-orang yang ada di pikiran kalian. Sementara aku pun juga sedang nyari-nyari visual mereka. Karena jujur aku kurang mahir nyari cowok-cowok ganteng soalnya banyak bertebaran di dunia ini.

Kalau kalian punya saran, boleh komen di bawah siap yang bagusnya. Ciri-ciri yang sama kayak Arash punya lesung pipi di sebelah kiri.

Oke sekian bacotnya, happy reading semua!💕

---------------------------~•~-----------------------------

Semua orang tengah memasukkan buku-buku yang ada di atas meja ke dalam tas. Pembelajaran terakhir telah selesai, dan aktivitas sekolah berakhir untuk hari ini.

Beberapa orang masih tersisa di dalam kelas. Menunggu yang lain berdesakan keluar daripada harus ikut terdorong-dorong. Lain dengan gadis cantik berambut blonde, yang dari tadi memasang wajah datar tanpa semangat sumpah pemuda.

Ya, dia Adel. Berbeda dengan hari biasanya, Adel mendekati Fairy. Sambil mengambil ancang-ancang memohon, Adel berkata, "Gue nebeng pulang sama lo dong, Fe."

Fairy menaikkan satu alisnya. "Lah, pacar lo ke mana?"

"Ada, tapi gue pengen pulang bareng lo," jawab Adel.

Walau Fairy diam-diam dengan lirikan selidik, ia tetap mengangguk. "Oke."

Aliyah hanya diam memandangi Adel yang 'tumben' tidak pulang dengan Putra. Biasanya sepasang remaja itu akan ke mana-mana bersama, menempel bagaikan isi telur dan cangkang. Apa keduanya sedang bermasalah?

"Pacar, pulang yuk!"

Lama fokus dengan Adel, tahu-tahu Arash sudah masuk ke kelasnya. Aliyah menoleh, ia tersenyum lalu mengangguk. "Iya."

Aliyah bangkit dari kursinya, lalu berjalan beriringan dengan Arash. Langkah yang sama, keadaan saling menggenggam. Matahari hadir memancarkan teriknya pada dua insan itu.

Dua pasang kaki terhenti, lebih tepatnya mengamati orang yang sedang mengeluarkan motornya. Sahabat Arash, Putra.

Arash melirik Aliyah, dan di detik yang sama Aliyah juga mengubah arah pandangannya. Keduanya bertatapan sambil mengernyit heran. Tidak biasanya pemuda tiap detik kasmaran itu bermotor sendirian. Selalu ada penumpang yang sama setiap harinya.

"Kayaknya Putra sama Adel ada masalah, deh, pacar. Soalnya Putra hari ini nggak banyak omong," sahut Arash berbisik.

"Iya, Adel juga gitu tadi," balas Aliyah ikut berbisik.

Arash mendekatkan lagi wajahnya. "Ya, udah. Biarin aja, mereka udah gede bisa ngurus masalahnya."

Aliyah mengangguk kecil, "Iya. Pulang aja yuk, pacar. Daripada bisik-bisik gini kayak orang korupsi."

"Oke, pacar."

Selepas Arash menjauh untuk mengambil motornya, Aliyah geleng-geleng kepala. Menertawai tingkah bodoh mereka yang berbisik di tengah parkiran. Untung saja tidak ada yang protes dan memberi klakson gratis.

"Ayo naik, pacar! Daripada kosong nggak ada yang ngisi. Nanti takutnya di belakang ada Mbak Kunti berdaster putih di sore hari," ujar Arash, sengaja mengeraskan suaranya agar dapat didengar Putra.

Putra menatap datar ke arah Arash sejenak, yang dibalas Arash dengan tatapan congkak.

"Apa lo liat-liat? Ngerasa?" sengit Arash.

Putra berdecak, lalu menatap lurus. Bodohnya, ia belum menjalankan motornya.

"Eh, Adel pulang sama Negan!" celetuk Arash heboh.

With(out) Strawberry (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang