4. Tawuran?

976 46 9
                                    

“Hari ini SMA Angkasa nantangin kita lagi,” kalimat Fadhil mengisi latar tempat yang hening beberapa saat.

Sudah satu minggu mereka tidak mendapat kegiatan yang memupuk banyak kekuatan itu, dan sekarang menerima lagi berita tersebut dari Fadhil.

Arash menghela napas, musuh abadinya di salah satu sekolah yang disebut Fadhil itu selalu mencari perkara dengannya. Orang seperti dia, hanya akan memancing Arash lewat kubu yang Arash punya. Tidak peduli berkali-kali kalah, dia akan terus mengganggu hidup Arash.

Wanita, memang alasan yang utama untuk membuat dua orang yang dulunya dekat menjadi dua blok yang saling bermusuhan. Di saat Arash sudah membuang jauh-jauh permasalahan yang ada, tetapi lawannya itu tetap tidak pernah melepaskannya.

“Cara biar nggak bonyok gimana, ya?” tanya Putra, “gue takut dimarahin sama ibu kades.”

Yoga bersorak, “Begini, nih, calon-calon suami takut istri,” cercanya.

Putra mendelik, “Jomblo mah sirik. Nggak pernah diperhatiin, miris-miris.”

“Lo gimana, Rash?” Negan menoleh, mengabaikan pertengkaran kecil antara Putra dan Yoga.

Yang ditanya mengedikkan bahunya, “Musuh jangan dicari. Tapi kalau musuh cari lawan harus dihadapi.”

“ASOLOLE...” teriak lantang Fadhil. “Oke, gue udah kasih tau yang lain buat kumpul di gedung belakang.”

“Woi, pertanyaan awal gue belom dijawab!” peringat Putra.

“Apa?” tanya Arash, baru melewati beberapa sekon dan ia telah lupa.

“Ntar kalo gue bonyok ketauan Adel gimana? Dia kaya macan kalo tau gue berantem.” Putra melirik Negan sekilas, “gue harus apa, Gan?”

“Pake topeng baja,” jawab Negan.

“Selain itu?”

“Pulang, nggak usah ikutan.” Walau Negan sedikit kesal, tapi dari nada suaranya tetap datar.

Tawa Fadhil menyembur, “Cucok, deh, Aa Negan.”

Deru motor saling berlomba, mengumpulkan asap yang menguar menambah polusi. Memainkan gas yang menimbulkan bunyi bising di sekitar jalanan.

Arash yang memandu paling depan, memasang bandana merah bertulisan -Skylar- di kepalanya. Juga jaket levis yang tersemat di badannya. Membawa motor sendiri dengan wajah garangnya.

Pasukan Arash disambut ceria oleh pemimpin SMA Angkasa, dia bernama Erlangga Wijaya. Musuh bebuyutan Arash. Yang sudah berdiri dengan menyandarkan badannya di bodi motor.

“Kangen gue, nggak?” adalah kata-kata pertama yang terucap dari mulut Angga. Kalimatnya bukan beriktikad baik sama sekali, tetapi seolah merendahkan Arash dan pasukan.

“Yang ngundang, elo. Yang duluan ngajak war, elo. Bisa disimpulin siapa yang kangen sebenernya?” jawab Arash telak.

Rahang Angga menguat, ia mengangkat lengan kanannya lalu menjentikkan jari. Semua orang bawaannya bersorak-sorai, “SERAAANGG!!!”

Pasukan Arash bersiap. Menerima pukulan dan layangan benda-benda yang ada di pegangan masing-masing. Bunyi gebukan menghiasi sekitar gedung yang sudah lama ditinggalkan. Tiap jiwa mulai merasa energi mereka tengah berada di puncak.

Negan menjadi orang yang paling mencolok. Bertubi-tubi memberi pukulan pada salah seorang teman Angga. Serangan Negan membuat lawannya kewalahan. Seakan-akan manusia yang ada di hadapannya adalah sasaran pelampiasannya selama ini.

Sudut alis Yoga terluka sebab mendapat serangan benda dari lawannya. Napas Fadhil tersendat karena harus bermain lari-larian dengan imbangannya, taktik Fadhil jika sudah tidak kuat memberi pukulan. Kepala Putra nyaris terkena ujung kayu yang runcing, beruntung ia menghindar dan berbalik badan. Dalam hati ia berdoa agar tidak tergores satu apapun, bayang-bayang aura macan Adel melintas di benaknya.

With(out) Strawberry (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang