18. Sepenuhnya

379 29 15
                                    

“Sial! Jam tangan gue pasti ketinggalan di rumah Negan.”

Aliyah merutuki dirinya sendiri yang tanpa sadar meninggalkan arlojinya saat memasak untuk Negan. Dipastikan jam tangannya ada di dapur cowok itu.

Mencoba tidak peduli, Aliyah bercermin lagi memastikan keadaannya sudah rapi berangkat sekolah kali ini. Setelah itu, ia keluar dari kamarnya. Turun ke bawah untuk sarapan lalu ke depan rumah dan pergi bersama Arash.

Semenjak mereka pacaran, Arash selalu memintanya berangkat ke sekolah bersama. Itu hal yang bagus bagi Aliyah, agar Arash tidak lagi datang terlambat dan berujung diusir dari kelasnya.

Setidaknya, dia bisa membantu mengosongkan poin pelanggaran yang diciptakan Arash hampir setiap hari. Sekaligus Aliyah menolong guru konseling agar rambutnya tidak semakin keriting karena menghadapi Arash.


🍓🍓🍓


“Pagi, Arash!”

Sapaan hangat Aliyah menyapa indra pendengaran Arash yang sedang mengeluarkan motornya. Gadis itu menghampiri Arash dengan seutas senyum yang melekat di wajahnya.

Arash menoleh sekilas, tidak sampai satu detik. Tanpa membalas senyum. “Pagi.”

Dahi Aliyah mengernyit. Tidak biasanya Arash memandangnya dengan air muka datar seperti itu. Tadi malam, mereka masih berkomunikasi baik dari balik ponsel sebelum Arash mengatakan baterainya habis.

Aliyah tersenyum sekali lagi. “Udah sarapan?”

“Udah,” jawab Arash tanpa menoleh.

Benar. Arash tidak seperti biasanya. Ada apa dengan pemuda itu? Dua kali Aliyah mengajak bicara, dia tetap bersikap dingin. Mendadak Aliyah merasa Arash-nya bukan ada di hadapannya saat ini.

“Kamu kenapa?” tanya Aliyah pada akhirnya. Ia sudah dibuat cukup bingung dengan sikap Arash pagi-pagi begini.

Namun, saat Aliyah mengubah panggilannya pun tetap tidak membuat aura Arash kembali.

Cowok itu naik ke atas motornya, ia melirik sejenak pada Aliyah yang masih berdiri dengan tatapan bingung. “Ayo, berangkat,” serunya serak dan datar.

Aliyah menghela napas. Gadis itu menaiki jok belakang dengan gerakan yang berat. Aliyah melingkarkan tangannya ke perut Arash, jika melakukan hal tersebut akan membuat Arash kembali bersikap hangat padanya.


🍓🍓🍓


Ketiga cowok tengah berkumpul seperti biasa, dibuat bingung oleh Arash yang masuk ke ruang atas sekolah dengan keadaan gusar. Mereka saling melemparkan kode, takut bertanya langsung dan Arash makin meledak.

“Kenapa dia?” bisik Yoga pada Putra.

“Tunggu aja dia ngamuk bentar lagi,“ jawab Putra santai.

Fadhil menyimak saja kedua manusia itu saling berbisik.

Ketiga cowok itu dikejutkan dengan Arash yang menendang kursi kayu. Arash yang menyuruh mereka berkumpul di tempat biasa. Bolos di waktu satu jam sebelum istirahat pertama.

Jika Arash sudah mengajak berkumpul, pasti ada sesuatu yang mendesak dan penting baginya. Mereka sudah mewanti-wanti tanduk Arash yang segera muncul beberapa saat lagi.

With(out) Strawberry (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang