Suasana yang sedikit panas ini belum pernah dirasa Rose sebelumnya. Berbeda dengan Jaehyun yang sudah hapal mati pergantian musim di negara ini. Ditambah lagi dengan perlakuan kecil dari Jaehyun yang membuat pipi Rose semakin terasa panas.
Seperti membukakan pintu dan melindungi kepala Rose dengan telapak tangannya saat hendak keluar dari pintu mobil. "Be careful, Bunny" Katanya.
"Bunny? Do i look like a rabbit?" Tanya Rose memastikan nama panggilan yang baru saja diucap oleh Jaehyun.
"Selain terlihat lucu, A Bunny like cuddle so much. Pernah mendengar cuddle-bunny? Aku pikir kau seperti itu, Apa aku salah?" Astaga semakin nampak saja rona merah di pipi Rose. "Like what, Mr. Jae?"
"A cuddle. Don't you?"
Semakin lama mengenal sosok Jaehyun, semakin dibuat penasaran Rose akan pemuda itu. Pemuda yang ia anggap kelewat tampan, namun sayangnya ia adalah seorang pemuda dominan yang enggan dipegang kendali oleh siapapun.
Sejauh ini itu yang Rose tau dari sosok Jaehyun. Seperti deja vu saat sedang bersama Jungkook. Meskipun keduanya adalah sosok yang jauh berbeda, tapi saat berada di dekat keduanya Rose merasa aman. Hanya aman, karena rasa nyamannya masih Jungkook lah pemenangnya.
"Are you okay, bunny?" Tanya Jaehyun karena Rose masih diam membatu hingga seluruh wajahnya seperti tomat segar. Dan semakin merah ketika telapak tangan Jaehyun menyentuh kening Rose. "Mau ke rumah sakit?"
Dengan segera Rose singkirkan tangan Jaehyun dari keningnya. "No, I'm fine. Aku masuh dulu, see you next time Jaehyun" lalu gadis itu berlari menuju masuk ke Hotel nya. meninggalkan Jaehyun dengan smirk diwajahnya. Pemuda itu tidak buta untuk bisa membaca tingkah Rose yang gugup dengan perlakuannya.
Sayang, fokus Jaehyun yang sedang melihat Rose berlari terbirit-birit itu terhenti saat dering telfonnya berbunyi. Menampilkan nama sepupunya sebagai penelfon.
"Jo? What's up man"
"He's in America right now"
"Siapa?"
"Jeon Jungkook. Dia disini sekarang. But Jae, Rosseane is not his girlfriend. At my place, right now!"
"On my way"
Jaehyun meninggalkan pelataran Hotelnya dan menuju ke rumah milik sepupunya Johnny. Iya, Hotel tempat yang Rose tinggali saat ini adalah sebagian aset milik Jung Jaehyun tanpa gadis itu ketahui.
|Monster in Me|
Jiho masih berdiri dengan bersandar pada dinding memandangi Rose tidur tengkurap membenamkan seluruh wajahnya di bantal. Apa gadis yang berfrosei sebagai model itu ingin melakukan bunuh diri secara perlahan dengan membekap wajahnya sendiri? Entahlah Jiho tidak bisa menerka-nerka lagi setelah seharian dibuat pusing mencari keberadaan gadis itu!
"Cepat katakan padaku, kemana perginya kau dengan tuan muda tampan itu, Rosseane! Jangan bilang kalian.."
Rose langsung mengangkat kepalanya dan menhadap kearah Jiho seolah tidak membenarkan dugaannya yang tidak tidak itu. "Tidak terjadi apa apa diantara kita! Really! Just.. a pillowtalk?"
Mendengar itu membuat mulut Jiho menganga. Apa tidak malfungsi telinganya mendengar Rose menemukan teman lain untuk ia ajak pillowtalk selain dirinya dan Jungkook. Jiho berjalan dan mendudukan dirinya disamping Rose.
"I think i miss something. Tell me, what happen that day"
"He took me to a very beautiful place, but it didn't going well and i try to run away from him. Sialnya aku malah tersesat, ponsel ku mati, dan aku bertemu dengan pemabuk jalanan yang mencoba menyentuhku. And then he comes, menolongku dan karena aku masih ketakutan, dia membawaku ke rumahnya. Aku bersama dengan kak Krystal sepanjang malam." cerita Rose.
"How about pillowtalk?"
Rose masih mengingat dengan jelas tentang malam itu. Malam dimana Jaehyun menatapnya seolah dirinya adalah bidadari milik pemuda itu. Tangan kekar yang membelai lembut surainya juga masih bisa Rose rasakan bagaimana menenangkannya. Kala ia sudah berada di perbatasan mimpi, samar samar ia mendengar lantunan lullaby keluar dari mulut Jaehyun seolah menuntunnya untuk segera terlelap.
Jika Jiho bertanya bagaimana dengan malam itu, hanya kata indah yang ada dipikiran Rose hanya sekali memikirkannya.
Melihat raut wajah Rose, Jiho sudah tau apa jawaban dari pertanyaan nya tadi.
"Try to open your heart, Rose. Aku paham bagaimana perasaanmu terhadap Jungkook. Tapi Eunha juga seorang wanita, pikirkan dia. Dia gadis yang baik, jangan kau ambil waktu Jungkook yang seharusnya diberikan kepada Eunha. You know that imposible to be with Jungkook. Try to with another man, like Jaehyun maybe? He's nice guy i guess"
Entah keberapa kalinya penuturan seperti ini dilontarkan oleh Jiho kepada Rose sebagai seorang sahabat. Jiho hanya peduli tentang Rose yang tidak bisa melepaskan dirinya dari pemuda bernama Jungkook.
Rose paham dengan posisi Eunha. Jika ia menjadi Eunha pun ia juga akan merasa sakit hati kala Jungkook lebih memilih menghabiskan waktu makan siangnya untuk sang sahabat ketimbang kekasihnya sendiri.
Tapi Jungkook adalah dunianya. Jungkook lah pusat dunia milik Rose, dan Rose tidak mau dunianya diambil oleh orang lain.
Tapi semenjak pertemuannya dengan Jaehyun, Rose manjadi sedikit berbeda sekarang. Ia tidak lagi peduli pesannya sudah Jungkook balas atau belum. Bahkan ia tidak sempat memikirkan kabar Jungkook barang satu detik saja saat bersama Jaehyun.
"Cobalah untuk move on Ros! Mungkin Jaehyun bisa kau manfaatkan untuk melupakan perasaanmu kepada Jungkook" Jiho memberikan ide yang sama sekali masuk akal dipikiran Rose saat ini. "Apa kau berpikir begitu?" Tanya Rose yang pasti diangguki oleh Jiho tanpa berpikir panjang lebar.
"Okay, I'll try"
Dalam hati Rose ia lantunkan ribuan maaf karena berniat memanfaatkan perasaan Jaehyun untuk mengalihkan perasaannya kepada Jungkook. Gadis itu hanya merasa bersalah kepada Jaehyun.
Semoga berhasil, Rosseane.
To be continued...
Lupa update karena ga diingetin ayang :(
Guys, aku beneran lupa sekarang hari senin. Happy reading ya~
Gimana tentang chapter ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster In Me
FanfictionWhy don't we kill each other slowly? Squeeze a little tighter 'til we can't breathe. "What can I say? what can I do?" The monster in me loves the monster in you. [Update every monday]