"TIDAK!"
Jawaban Jungkook setelah usulan untuk pergi ke Swedia diutarakan oleh Jiho dan Rose. Lebih tepatnya ini keinginan Rose seorang saja, hanya saja Jiho khawatir dan memutuskan untuk ikut saja dengan Rose. Jiho percaya dengan keputusan sahabatnya itu.
Darimana asal ide gila itu disaat hanya menghitung hari menjelang kelahiran malaikat kembarnya? Jungkook tidak bisa mengerti isi pikiran Rose. Dan juga, sejak kapan Rose bersemangat dalam berbisnis? Bukankah selama ini dia hanya nyaman dengan mendesain?
"Ini untuk masa depan perusahaan yang aku bangun, Kook" ungkap Rose sembari meminum coklat panasnya.
"Baiklah, kalau begitu harusnya Tuan Jeremy atau siapapun itu juga akan mengerti jika kau baru akan memulai proyek cabang kedua setelah melahirkan bukan?"
Jiho menghembuskan nafas kasar, "Aku sudah mencegahnya, merayunya, dan memberikan dia alasan masuk akal, Kook. Tapi Rose tetap keras kepala dan ingin berangkat ke Swedia"
Jungkook yang sebelumnya berdiri menghadap Jiho dan Rose yang duduk santai di sofa kini ikut duduk di sebelah Rose, menatap dalam mata wanita hamil itu "Dengar, jika ada alasan tersembunyi kau ingin ke Swedia. Dan jika alasan tersembunyi itu berhubungan dengan orang itu, aku akan menyeretmu ke depan pemakamannya sekarang juga hingga membuatmu sadar, Rosie"
Rose tertegun.
Ah.. benar. Makamnya. Tempat peristirahatan seseorang itu tak pernah Rose kunjungi lagi setelah hari itu. Yang artinya, Rose masih belum menerima kematian orang itu.
Bagaimana bisa Jungkook menyadarinya? Tatapan mata yang disuguhkan oleh Jungkook benar-benar membuat Rose terdiam membatu di tempat duduknya.
"Apa ini? Sekarang kau bisa membaca isi pikiran dan gerak-gerik seseorang? Ah... aku lupa kalau kau polisi hebat!" ucap Rose dengan senyum lebar di wajahnya. "Tenang saja dan percaya padaku, kalian hanya terlalu mengkhawatirkan aku!" omel Rose kepada Jungkook dan Jiho.
"Kalian tak percaya padaku?" tanya Rose setelah kerutan di kening Jungkook maupun Jiho semakin tergaris jelas. Belum lagi dengan alis Jiho yang menukik tajam.
Jiho mengambil satu langkah mendekat kearah Rose duduk, hingga keduanya daapat melihat mata samu sama lain dengan dekat.
"Dengarkan aku. Aku sangat menyayangimu, dan kita saling mengenal untuk waktu yang lama Rosie. Aku tau bagaimana dirimu, dan Rosie yang aku kenal memang gadis yang sangat berani dan mandiri. Tapi, kau telah melewati batas kali ini. Terlalu berbahaya membawa si kembar terbang begitu jauh dan untuk waktu yang lama. Aku akan pergi ke Stockholm, hanya sampai kau melahirkan. Bagaimana? Kumohon pikirkan kondisimu juga!" tutur Jiho panjang lebar berharap ada satu kata yang mampu membuat Rose berfikir dua kali untuk pergi.
Rose beralih menatap Jungkook, "Kau bagaimana, Kook?"
"Tidak, jawabanku tidak akan berubah sampai kapanpun"
"Maka seharusnya kau tau bahwa ada Krystal disini, saat ini. Apa kau kira aku juga merasa aman disini?"
Jungkook menutup matanya dan mengambil nafas panjang dan berat. Membuat Jiho yang awalnya terkejut mendengar ucapan Rose menjadi bertanya-tanya "Apa benar, Kook?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster In Me
FanfictionWhy don't we kill each other slowly? Squeeze a little tighter 'til we can't breathe. "What can I say? what can I do?" The monster in me loves the monster in you. [Update every monday]