Pukul 12 malam Jaehyun dengan keadaan gila dan setengah mabuk menyetir kemudi mobil miliknya sendiri diikuti oleh beberapa pengawal dan tentu saja Johnny.
Jaehyun berjalan ke suatu tempat asing tapi kalau boleh Johnny menduga, ia akan pergi ke markas atau rumah Erwin di Lagoa. Distrik yang berisikan pemukiman mewah itu menjadi tujuan Jaehyun malam ini.
Bayangkan saja dari Santo Cristo menuju Lagoa. Kalau Jaehyun tidak gila, ia tidak akan menempuh jarak itu hanya untuk bertemu dengan Erwin.
Brak!
Bugh! Bugh!
Seluruh anak buah Erwin jatuh terpental setelah menerima tinju dari tangan Jaehyun. Belum lagi dengan bantuan tinju Johnny yang lumayan membuat mata mereka bengkak selama berminggu-minggu.
"Kau bisa memanggilku dengan tenang, maka aku akan keluar. Kau mengganggu jam tidur ku Jeffrey Jung!" kata Erwin dengan nada bercanda berbuah cengkraman erwat oleh Jaehyun yang kini menatapnya tajam.
Cengkraman di baju milik Erwin semakin kuat. Mata Jaehyun memerah menatap tepat di kedua mata Erwin yang sayangnya pemuda itu malah tersenyum remeh.
"Kenapa? Pukul aku!" tantang Erwin yang dihadiahi pukulan keras di pipi kirinya oleh Jaehyun. Erwin jatuh tersungkur namun sial dia hanya menampilkan wajah sedikit kesakitan padahal Jaehyun yakin ia menghantamnya cukup keras.
"Cuih!" Erwin meludah setelah dirasa indra pengecapnya sedikit merasakan anyir karena darah disudut bibirnya.
"Aku tidak becanda saat meminta Amerika Utara menjadi wilayahku Jung, aku sungguh-sungguh! Dan kau lebih memilih melindungi wilayah itu ketimbang gadis itu kan?" ucap Erwin dengan sedikit sempoyongan mencoba berdiri kembali menghadap Jaehyun.
Nafas Jaehyun naik turun tidak beraturan. Semakin ia melihat Erwin, ingin rasanya ia mencabik-cabik habis tubuhnya. Tapi Jaehyun masih menyimpan sedikit kewarasan dan memilih untuk bersabar.
Erwin kembali tersungkur karena sebuah pukulan keras mengenai pipinya, lagi. Kali ini bukan karena Jaehyun, melainkan Johnny.
Johnny yang memukul Erwin.
"Amerika utara kau bilang? Kau tidak hanya menantang Jung disini tapi juga keluarga Suh, bodoh! Persetan dengan penawaranmu! Jika kau mengusik Amerika utara kau akan berhadapan denganku, dan jika kau meganggu Rose dan bayinya berarti kau berhadapan dengan Jaehyun. Apa kurang adil?"
Suara tawa Erwin menggema. Jaehyun dan Johnny sangat benci suara itu.
"Bayi? Ah aku lupa gadis itu sedang mengandung. Jeffrey Jung akan menjadi seorang ayah? Hm, sounds good. Tapi bagaimana ini? Rose akan dicap sebagai wanita murahan saat terungkap ia hamil dengan laki-laki lain sedangkan aku yang dikabarkan kencan dengannya."
Ah, sudahlah Jaehyun tidak ingin bersabar lagi.
Jaehyun datang dan mencengkram kerah baju Erwin yang masih tersungkur dilantai. Jaehyun layangkan beberapa pukulan tepat di pipi Erwin sampai habis sudah ketampanan wajah pemuda itu.
"Kau ingin segera mati rupanya. Jika kau menyinggung Rose dan bayinya lagi, akan aku buat mulutmu tertutup selamanya bangsat!"
"Bayinya? It's not your baby too?"
Satu tamparan dirasakan Erwin kembali.
"Lalu, apa tujuanmu kemari dengan emosi seperti ini Jaehyun? Karena aku menganggu Rose atau karena aku meminta Amerika utara? Ah, wait. I forgot, I haven't captured the territory yet. We're still in negotiating right? So, are you here for her?"
Tangan Jaehyun mengepal kuat, ia tahu Erwin hanya memprovokasinya. Tapi tetap saja, Erwin melibatkan Rose kedalam yang membuat Jaehyun tidak bisa tinggal diam.
"The last time you told me, she was nothing. Remember?" Ah Erwin sungguh pandai bermain kata.
Benar kata Krystal. Jaehyun salah karena meremehkan Erwin dan memprovokasinya.
|Monster in Me|
Jungkook sedikit berlari menuju tempat Jiho berdiri menunggunya.
"Kenapa lama sekali?" keluh Jiho.
"Ada beberapa berkas yang perlu aku tanda tangani sebentar. Oh ya, mana tiketku?"
Jiho membawa 2 buah tiket pesawat menuju Rio lalu menyerahkan satu ke Jungkook. Karena sebuah berita panas yang terdengar diseluruh penjuru Korea, pagi itu Jungkook menghubungi Jiho menanyakan kebenaran.
Tapi seolah kebetulan yang sempurna pagi itu saat Jungkook menelfon Jiho sedang berkemas menyusul Rose ke Rio. Dari situlah Jungkook memutuskan untuk ikut ke Rio mengabaikan teamnya sendiri menangani beberapa kasus.
Brengsek sekali Jungkook! Kemana perginya Jungkook si ketua team yang kompeten?
Jiho sungguh kelimpungan menangani gosip Rose. Tuntutan agensi, dan Rose yang sulit dihubungi membuat dirinya nekat pergi ke Rio seorang diri. Lalu merasa beruntung saat Jungkook berkata ia ingin ikut.
Karena jadwal penerbangan yang sudah dekat, Jungkook berniat mematikan hp nya sebelum panggilan dari Mingyu mengurungkan niatnya.
"Kook, Eunha sadar!" kata Mingyu disebrang sana.
Langkah Jungkook terhenti saat itu juga. Membuat Jiho berhenti juga. Menatap Jungkook dengan kesal karena gadis itu takut tertinggal penerbangan!
"Kook! Ayo, kau kenapa?" ajak Jiho diabaikan oleh Jungkook yang masih terdiam.
Suara Jiho dan Mingyu di telfon saling bersahut-sahutan. Ia bingung. Kenapa selalu ada Eunha diantara dirinya dan Rose? Atau sebaliknya? Jungkook tidak paham!
Dirinya selalu berada disamping Eunha kala gadis manis itu koma. Kenapa Eunha harus sadar saat dirinya tidak bisa ada disisinya? Kenapa juga Rose membuatnya khawatir disaat seperti ini? Kemarin ia berkata baik-baik saja bukan?
"Kook? Kau dimana? Kau akan datang untuk Eunha kan?" Lagi lagi suara Mingyu menyadarkan. Begitu juga dengan Jiho yang bertanya "Ayo berangkat Jungkook, astaga! Kau gila?"
"Sampaikan salamku untuk Eunha. Maaf, sekali lagi. Mungkin dia muak mendengar permintaan maafku, tapi aku harus pergi sekarang" Kata Jungkook sebelum memutuskan sambungan telfon Mingyu dan berlari menuju pesawat besama Jiho.
Di sisi lain, Eunha dengan serpihan harapannya berharap Jungkook lah orang yang berada disampingnya bukan Mingyu. Tapi ketika dirinya melihat bagaimana ekspresi Mingyu saat menelfon Jungkook, gadis itu tau.
Dirinya kalah lagi dengan Rose.
To be continued...
Selamat senin ya. Ya walau nih update agak maleman, tapi masih senin kan? wkwkwk. Gimana pendapat kalian? Komen dong hehehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster In Me
FanfictionWhy don't we kill each other slowly? Squeeze a little tighter 'til we can't breathe. "What can I say? what can I do?" The monster in me loves the monster in you. [Update every monday]