Aiko berjalan menuju kelas barunya, ini tahun pertama pembelajaran setelah libur semester. Mempunyai wajah cantik sekaligus tampan membuat hampir semua warga sekolah menyukai dirinya, pria maupun wanita. Namun, itu juga sebanding dengan orang-orang yang tidak menyukainya.
"Hoy!" Teriak seseorang dibelakangnya, ia hanya melirik sekilas dan kembali berjalan. Itu temannya, Alexa perempuan yang terkenal bermasalah tapi karena wajahnya yang cantik ia mudah sekali dimaafkan. Curang sekali.
"Tahun ini kita sekelas lagi, tapi sayangnya ada banyak anak menyebalkan di kelas kita," ucap Alexa merasa sedikit jengkel, anak menyebalkan menurutnya bukan orang yang sering membuat onar tapi orang orang rajin yang berambisi.
"Anak menyebalkan itu kau bukan mereka," potong seorang wanita yang lebih tinggi dari mereka, dia Juni.
Aiko mendudukkan bokongnya di bangku paling ujung yang bersebelahan dengan jendela, karna ia rasa ia akan menjadi tokoh utamanya. Kedua temannya yang sering berdebat itu duduk di dekat tempat Aiko, dengan Juni didepannya dan Alexa di sampingnya.
Dari awal mereka masuk semua perhatian siswa yang ada dikelas tertuju kepada mereka. Siapa yang tidak mengenal tiga serangkai itu, anak anak yang dicap nakal dan paling dihindari oleh anak anak lain karena berurusan dengan mereka artinya cari mati. Meski nyatanya tidak seperti itu.
Aiko Lian, diantara mereka bertiga dia paling pendiam dia juga jarang menunjukkan aksinya, tapi anehnya banyak sekali orang yang mengagumi dia. Tidak heran dia termasuk orang dengan penampilan menarik dengan rambut wolfcut pendeknya ia terlihat cantik dan tampan secara bersamaan.
Juni wanita yang selalu mengikat rambutnya dengan gaya poni tail diantara mereka dia yang paling pintar dan tinggi, dia juga adalah seorang ketua dari extrakulikuler taekwondo. Jadi jangan macam macam dengannya karena ia sangat ahli dalam menggunakan teknik dwi chagi.
Alexa, dia yang paling muda sekaligus yang paling menyebalkan, makanya tidak heran jika dia sering berdebat dengan Juni. Wanita yang memiliki rambut hitam panjang dengan poni itu sangat tidak suka dengan anak yang gila belajar.
"Dengar, mereka itu gila," ucap Alexa tegas.
Juni mengembuskan napas dengan kasar. "Apa yang membuat mu berasumsi bahwa mereka gila?" Tanyanya.
"Oh ayolah mereka sangat gila dalam belajar, dan itu aneh," jawab Alexa seenaknya.
"Yang aneh itu dirimu, mereka melakukan itu demi masa depannya. Jadi berhenti berkomentar mengenai kehidupan orang lain," ucap Juni dengan tegas, ia segera mengambil buku pelajaran dan mulai mempelajarinya. Menurutnya itu lebih berguna daripada berdebat dengan Alexa.
"Oh tidak bisa," kata Alexa cepat nada bicaranya sangat menyebalkan bagi siapa saja yang mendengarnya.
"Mereka saja mengomentari tentang hidupku jadi tidak salah jika aku berkomentar tentang kehidupan mereka. Lagi pula yang aku permasalahkan bukan belajarnya tapi bagaimana cara mereka memandang orang seperti ku, mereka selalu berpikir bahwa mereka lebih baik," lanjutnya ketus.
"Ya karena itu sudah menjadi takdir untuk orang seperti mu," ucap Juni disela sela belajarnya.
Alexa mengerutkan keningnya tanda tidak suka, kadang ia berpikir jika Juni itu seperti mereka dan menganggap orang yang seperti Alexa yang tidak suka belajar, hidup bebas dan tidak tau aturan lebih buruk dari mereka.
"Apa kau bilang?!" Bentak Alexa marah, semua mata tertuju padanya karena ia memukul meja dengan keras. Bisik bisik dari anak anak kelas mulai terdengar, itu membuat Aiko tidak suka.
"Alexa," ucap Aiko dengan dingin dan datar tidak ada emosi dalam nada bicaranya namun mampu membuat Alexa kembali duduk dan tenang.
Ia mengarahkan pandangannya pada anak anak kelas yang masih memperhatikan mereka, merasa terintimidasi dengan tatapan Aiko akhirnya mereka segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Tidak lama bel berbunyi tanda bahwa sebentar lagi pembelajaran segera dimulai. Semua anak anak kelas kembali ke posisi mereka, dan beberapa anak anak masuk kedalam kelas. Pandangan Aiko tertuju kepada seorang pria yang banyak digemari oleh kaum hawa. Dia adalah Liam, ketua OSIS yang sudah menjabat selama dua tahun. Siswa favorit guru dan pria favorit bagi mereka yang menyukai pria lembut dan baik hati.
Dia memiliki tatapan mata yang begitu lembut, dengan suaranya yang tegas namun halus. Senyumnya selalu ia perlihatkan kepada semua orang, ia memiliki visual yang menawan seperti tokoh anime yang hidup di dunia nyata dan jangan lupakan kacamata bulatnya yang membuat ia terlihat manis. Aiko tersenyum samar melihatnya.
"Kurasa ia adalah pria impian bagi para seme," celetuk Alexa yang mendapatkan tatapan tajam dari Aiko, ternyata dari awal ia memperhatikan apa yang dilihat oleh Aiko.
"Apa? Yang aku katakan memang benar. Dia pintar dan tampan namun jika dilihat disisi yang berbeda dia juga cantik dengan sifatnya yang baik hati ia dapat menarik perhatian dari wanita maupun pria," lanjut Alexa dengan senyum bodohnya.
Aiko tidak suka mendengarnya, "Tutup mulutmu gadis kecil," ucap Aiko dengan emosi tertahan.
Alexa yang mendengar itu hanya tertawa pelan, satu detik kemudian ia menatap remeh Aiko dengan senyum yang terpantri diwajah cantiknya.
Gadis itu tahu.
Sekarang Aiko mengakui bahwa Alexa memang menyebalkan.
Tbc.
Jangan lupa Vote dan Komen.
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...