Malamnya Aiko pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya, ia baik baik saja namun terkadang ia rutin memeriksa kesehatan dirinya hanya untuk berjaga-jaga.
Ia menghela nafas berat, dari dulu ia sangat mengharapkan kematiannya bahkan mencoba untuk menjemputnya sendiri. Tapi sekarang ia takut, takut jika kematiannya menghampiri dia yang sekarang menginginkan kehidupan yang panjang.
Aiko mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang berada di rumah sakit, cukup sepi tapi itu tak masalah untuk dirinya. Ia menunduk kepalanya memikirkan skenario terburuk yang akan terjadi nanti.
"Kau ada disini?" Suara seseorang menginterupsi Aiko sampai ia mengangkat kepalanya, dan melihat orang yang berada disampingnya.
"Menurut mu?" Tanya Aiko balik.
"Ck tinggal jawab iya atau tidak," ujar orang itu yang tak lain adalah Dom pria yang disebut rivalnya padahal dalam kenyataan keduanya tidak merasakan hal itu.
"Mengecek kesehatan hm? Aneh sekali untuk orang yang sangat mendambakan kematian," ucapnya lagi terdengar menyebalkan ditelinga Aiko.
Wanita itu tidak menjawab ia sibuk dengan pemikirannya, lagi pula tak ada untungnya untuk dia menjawab pertanyaan Dom.
"Haa..." Pria itu menarik nafas dan mengambil satu buah rokok dan menyalakannya, beberapa saat kemudian asal keluar dari mulutnya.
Aiko merasa terganggu dengan asap rokok itu, ia termasuk wanita yang membenci asap rokok. "Jika kau ingin merokok pergilah, ini rumah sakit kau tidak boleh merokok disini," ucap Aiko mulai jengah dengan pria yang ada disampingnya itu.
"Aku tau tapi aku tidak peduli, lagi pula tidak ada yang melihatnya," jawaban dari Dom membuat Aiko memutar bola matanya.
"Sepertinya pria itu membawa dampak yang cukup besar ya," tiba tiba entah kenapa Aiko tidak suka dengan perkataan Dom itu. Ia melirik Dom tajam, pria itu jelas mengetahuinya dan menikmatinya.
"Pria manis yang tidak berguna ternyata adalah tipemu ya," ujarnya lagi tak peduli dengan tatapan tajam Aiko. "Ah, atau mungkin agar kau bisa mengendalikannya. Kau kan pernah bilang jika kau ingin selalu mengendalikan sesuatu."
"Jangan keterlaluan, mau aku menjalani hubungan dengan pria mana saja itu bukan urusan mu," ujar Aiko tidak suka dengan perkataan Dom.
"Kenapa? Kau menyukai pria manis ku hm?" Tanyanya, sekarang nada bicaranya tidak menunjukkan ketidaksukaan tetapi menjadi nada mengejek.
"Ck, yang benar saja. Lagipula lebih baik kau bersama pria yang mengetahui kehidupan mu agar lebih mudah," jawab Dom jelas tidak suka dengan tuduhan Aiko. Pria itu kembali menikmati asap rokoknya dan mengeluarkan asapnya perlahan.
"Aku mengetahuinya," gumamnya tidak jelas dengan suara kecil yang tidak dapat didengar oleh Aiko.
"Aku sudah mengatakan itu bukan urusan mu," kata Aiko tetap dalam pendiriannya.
"Dasar wanita tidak pernah mengerti, semoga hidupmu lebih panjang dan tidak terobsesi lagi dengan kematian," akhirnya Dom menunjukkan tanda tanda bahwa pria itu akan mengakhiri percakapan yang menyebalkan untuk Aiko. Dengan gerakan cepat ia membuang rokok itu dan menginjaknya.
"Aku pergi, jaga kesehatan mu," ucap Dom sambil menepuk pelan puncak kepala Aiko.
Aiko sedikit terkejut, sedetik kemudian ia kembali seperti biasa. Ia menyandarkan tubuhnya pada senderan kursi, matanya melirik pria yang sudah cukup jauh dalam penglihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...