Diandra berjalan dengan semangat senyumnya begitu lebar membuat orang yang melihatnya ikut tersenyum, kedua tangannya membawa kotak bekal berwarna hijau ia membawa tubuhnya keruangan khusus OSIS, dan matanya menemukan seseorang yang akan menerima kotak bekal itu.
"Ketua, aku membawa ini untukmu. Tolong diterima ya," ucap Diandra sambil menyerahkan kotak makanan didekat Liam.
"Eh untukku?" Tanya Liam tidak percaya.
Diandra mengangguk semangat ia duduk didepan Liam, matanya berbinar ketika Liam mulai memakan makanan buatannya.
"Enak?" Tanya Diandra, ini bukan kali pertama ia memasak tapi jika memasak untuk Liam baru itu yang pertama.
Liam mengangguk sambil tersenyum, pikirannya tertuju kepada Aiko, apa gadis itu akan marah jika ia menerima makanan dari gadis lain?
"Ketua aku ingin membicarakan sesuatu," ucap Diandra mengintrupsi.
"Apa?" Tanya Liam.
"Kau tau orang orang yang ada di halaman parkir yang sudah lama tidak terpakai itu? Aku agak curiga, karena banyak preman dengan anak nakal berada disana," ujar Diandra sambil membuka daftar nama-nama siswa yang sering melanggar aturan.
"Aku ingin kita menyelidikinya, aku agak curiga," lanjutnya menatap Liam.
"Tidak bisa, aku rasa itu bukan ranah kita," kata Liam tidak setuju, ia ingat perkataan Aiko tentang orang orang itu. Ia bukan orang yang memiliki kekuasaan atau anak dari seorang mafia jadi bisa bahaya jika berurusan dengan orang orang seperti mereka.
"Kenapa? Ada siswa dari sekolah kita berarti itu ranah kita. Bukankah kita itu membantu sekolah untuk membuat murid murid taat aturan," ucap Diandra tidak setuju, ini bisa menjadi sesuatu yang bagus menurutnya.
"Tapi Diandra kita tidak tau orang orang seperti apa mereka," kata Liam masih memberi pengertian.
"Kau bisa dalam bahaya jika salah jalan," lanjutnya lagi.
"Ketua—"
"Aku perintahkan jangan melakukan itu Diandra, aku ketuanya jadi tolong camkan itu," ujar Liam membuat Diandra menekuk alisnya.
Seharusnya Liam mendukungnya ini pasti gara gara kakaknya yang tidak berguna itu membawa pengaruh buruk untuk Liam. Ia jadi semakin curiga, mungkin saja Aiko mendekati Liam agar teman teman sejenisnya tidak terkena masalah.
"Uhh jika memang ketua tidak bisa melakukannya biar aku saja sendiri, dan aku akan membuat kakak dikeluarkan dari sekolah. Karena aku yakin kakak pasti terlibat," gumamnya didalam hati.
Ia akan menyusun rencana yang brilian, anak nakal harus dienyahkan.
Pertama ia akan menyogok salah satu orang untuk memata-matai orang orang disana, tentu saja ia sudah menemukan orangnya.
"Dimas!" Panggil Diandra.
Dimas menatapnya bingung, kenapa Diandra memanggilnya ia rasa ia belum membuat masalah hari ini. Atau mungkin ada sesuatu? Seperti menerimanya menjadi seorang kekasih, tiga bulan lalu Dimas memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Diandra namun sayang ia ditolak mentah-mentah oleh gadis itu.
"Ada apa kau memanggilku?" Tanya Dimas ketika Diandra berada dihadapannya.
Diandra tersenyum manis membuat pria itu tersipu, "Aku ingin kau memata-matai orang orang yang ada diparkiran lama, dan memberikan aku informasi tentang tempat itu," ucap Diandra membuat Dimas menatapnya datar.
"Tidak bisa, kau akan melaporkan kami kan?" Tanyanya yang pasti jawabannya.
"Tenang saja, kau tidak akan termasuk. Lagi pula kau tidak mau dekat denganku? Menyampaikan informasi itu sama saja dengan mengobrol denganku kan? Kau bisa datang ke rumahku dan aku akan memberi tau kepada kedua orang tuaku kalau kau teman terbaikku," tawar Diandra membuat Dimas berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...