Liam berjalan dengan senang ia tak sabar untuk malam ini, malam yang akan mempertemukan Aiko dengan ibunya.
"Aiko!" Panggil Liam ketika ia melihat Aiko berbicara dengan Radit. Gadis itu meliriknya dan kembali berbicara dengan Radit, setelahnya pria itu pergi.
"Ada apa?" Tanya Aiko ketika Liam berada didepannya, ia memegang dada pria itu.
"Jangan berlari, apa tidak kau lupa dengan jantungmu?" Tanya Aiko lagi.
Liam mematung dengan perlakuan Aiko, ia tidak menyangka Aiko akan melakukan itu dihadapan banyak orang, dan jika diperhatikan gadis itu masa bodo dengan tatapan sinis yang diberikan orang-orang disekitar.
"Hehe aku terlalu bersemangat, aku tidak sabar untuk nanti malam," ujar Liam masih dengan semangatnya ia sampai tidak sadar memegang tangan Aiko.
Gadis terkejut tapi didetik selanjutnya ia tersenyum, lalu memegang puncak kepala milik Liam dengan satu tangannya yang bebas.
"Aku akan datang malam ini jadi kau bersiap, aku tidak sabar bertemu dengan ibu mertuaku," ucap Aiko tersenyum kecil.
Pipi pria itu berubah berwarna merah ketika Aiko menyelesaikan ucapannya. Ia mengangguk dengan semangat ingin memeluk gadisnya tapi ia urungkan melihat banyak orang yang memperhatikan mereka.
....
Diandra mengumpulkan kedua temannya yang selalu mendukung dirinya, Novia dan Reyna, ia juga mengajak Dimas untuk membahas rencana memberantas peredaran diparkiran lama."Kau pikir ini akan berhasil? Ketua sudah melarang kita kan," Tanya Novia ia orang yang sangat hati-hati.
"Tentu saja akan berhasil," jawab Diandra penuh dengan keyakinan.
"Lalu bagaimana jika itu gagal?" Tanya Reyna.
"Tidak akan gagal!" Seru Diandra, rencana yang ia buat tidak pernah gagal dan ia yakin rencana kali ini pun sama. Ia lupa bahwa Tuhan bisa melakukan apapun.
"Aku tidak akan ikut bergabung itu bahaya," ujar Novia angkat tangan yang diangguki oleh Reyna.
Diandra menekuk alisnya tidak terima.
"Apa yang kalian ragukan sampai tidak ingin bergabung?!" Tanyanya marah.
"Pertama mereka pengedar dan kita tidak tau apa yang akan mereka lakukan kepada kita jika kita menangkap mereka dan yang kedua kau hanya mengikuti egomu Diandra!" Terang Reyna, ia tidak mau jika masa sekolahnya berurusan dengan orang orang seperti mereka.
"Ego? Ego apa maksudnya?!" Teriak Diandra, ia tidak suka jika temannya mengatakan ia melakukan ini demi egonya.
"Hey kami tau bagaimana kerasnya dirimu yang ingin terlihat cemerlang dihadapan guru-guru sampai kau menjadi orang yang menyebalkan," imbuh Novia menengahi, membuat emosi Diandra semakin memuncak ia berteriak dan mengusir kedua temannya.
"Kalau begitu kalian pergi! Dasar tidak berguna!" Teriak Diandra.
Reyna memutar bola matanya malas menatap tajam Diandra, "Berkaca lah bodoh," ucapnya sebelum meninggalkan tempat itu.
"Aku harap kau tidak membuat jebakan yang akan membunuh dirimu sendiri," ujar Novia, ia bangkit dan pergi mengikuti Reyna.
Novia dan Reyna pergi meninggalkan orang yang sedang termakan emosi. Diandra gadis itu beberapa kali mengucapkan kata umpatan dan menyumpahi kedua temannya itu, ia terus menginjakkan kakinya kesal dada gadis itu naik turun sesuai dengan ritme amarahnya.
"Sabarlah Diandra, aku masih ada di pihakmu," ujar Dimas menenangkan.
Gadis itu melirik Dimas tersenyum penuh arti, setelah mendengar perkataan dari kedua temannya ia jadi memiliki rencana kedua rencana yang akan menghancurkan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...