BABY BOY 42 SEASON 2

6K 573 33
                                    

Terhitung sudah tiga hari Aiko tidak masuk sekolah, gadis itu masih terlilit dengan rasa bersalahnya. Meski sudah di hibur oleh sepupunya ia tetap merasa sedih, ia tahu yang dia butuhkan adalah Liam. Berbicara dengan pria itu lalu meminta maaf, memeluknya dan sesekali menciumnya.

Ia menatap pot yang mengeluarkan tunas yang kering, ia lupa untuk menyiramnya hingga tunas malang itu mati. Ia berharap matinya tunas dalam pot bukan pertanda matinya hubungan mereka.

Hari ini juga ia dengar bahwa hilangnya Diandra sudah terdengar seantero sekolah, namun tidak ada yang berbeda hanya segelintir orang yang merasa khawatir dan kasihan, lebih banyak orang-orang yang tidak peduli dan menganggap itu hanya rekayasa.

"Hah sepertinya aku harus sekolah," ucapnya pelan, ia terganggu dengan firasatnya yang memberi tahu dia untuk kembali sekolah besok.

....
"Firasat sialan!" Decaknya kesel.

Aiko, gadis itu terdiam menatap gedung sekolahnya yang terlihat sepi, tentu saja karena ia datang terlambat. Ia menghela nafasnya berat, ia terlalu takut apalagi mendengar kabar bahwa Liam sudah mulai masuk sekolah setelah tiga hari diam di rumah. Ia merasa heran kenapa pria itu tidak mengambil libur yang panjang, karena ia yakin luka pria kecil itu belum sepenuhnya sembuh.

"Dasar! Sebenarnya ada apa denganmu?" Gumam Aiko mempertanyakan kembalinya pria itu ke sekolah, yang ia inginkan pria itu menikmati hari libur yang panjang sampai luka ditubuhnya sembuh, dan juga luka batinnya.

Mungkin Aiko tidak tahu, jika yang pria itu butuhkan adalah dirinya bukan libur panjang yang membuat Liam kesulitan untuk bertemu dengan Aiko.

Ia berjalan dilorong sendirian dan kosong membuat dirinya merasa lebih baik, meski terkadang ia mendengar suara berisik dari kelas yang ditinggalkan oleh guru. Ia terdiam sebentar menatap pintu kelasnya yang tertutup, ia rasa ada guru yang sedang mengajar di kelasnya.

Dengan perasaan khawatir bercampur rasa takut ia membuka pintu kelas, membuat semua perhatian tertuju padanya tak terkecuali Liam. Pria itu terlihat terkejut, bibirnya sedikit terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Maaf Bu saya terlambat," ucap Aiko memohon maaf kepada guru yang ada didepannya.  Gadis itu harus bersyukur karena guru itu hanya menyuruhnya untuk segera duduk tanpa mendapatkan hukuman.

Aiko duduk dengan wajah dingin tak tersentuh, ia bahkan tidak peduli dengan tatapan Liam yang terus tertuju padanya. Ia takut, karena ia merasa jika ia terus berdekatan dengan Liam nasib pria itu akan memburuk. Meski ia tidak bisa berbohong jika ia merindukan pria manis bernama Liam yang menjadi kekasihnya itu.

Kembali lagi, hal yang ditakutkan oleh Aiko adalah bel istirahat. Untuk pertama kalinya ia menginginkan bel istirahat ditiadakan, agar ia bisa menghindar dari Liam.

"Kau payah Aiko!" Ia mengejek dirinya sendiri.

Alexa yang berada didekat Aiko menatap heran temannya, tidak biasa Aiko bersikap tidak nyaman, pandangannya berpindah menatap Liam. Sekarang ia merasa, Aiko tidak lebih dari penjahat yang sedang di interogasi lalu Liam tidak lebih dari polisi kejam yang menunggu penjahat membuka mulutnya.

Ia kesal, ia tidak bisa membiarkan sepasang sejoli ini mengganggu pikirannya. Ia harus bertindak agar mereka berbicara satu sama lain, dan menghilangkan dinding yang membatasi hubungan mereka. Alexa harus menahan Aiko, agar gadis itu tidak pergi saat bel istirahat tiba.

Sedangkan Aiko, duduk dengan gelisah beberapa menit lagi bel yang tak ingin ia dengar berbunyi, ia harus cepat pergi.

Bruk!

Tiba-tiba Aiko berdiri bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, pandangan kelas tertuju padanya termasuk guru yang masih berada disitu. Ia tersenyum kikuk, kemudian mengangguk.

Baby Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang