Satu tamparan Aiko dapatkan dari ibunya, setelah menghabiskan waktu mendengarkan ceramahan dan fitnahan sekarang ia mendapatkan amukan dari ibunya.
Ia hanya bisa menunduk ia tidak punya bukti jadi untuk apa? Ia tidak peduli dengan tatapan kecewa dari ayahnya, tidak peduli dengan tatapan kemenangan yang diperlihatkan oleh Diandra.
"Kau memang tidak tau malu Aiko! Aku bahkan tidak percaya bisa melahirkan anak bajingan seperti mu!" Ibunya berteriak marah, Aiko masih menunduk merekam ucapan ibunya untuk menjadi alasan mengapa ia tidak bisa memaafkan ibunya nanti. Menghitung setiap kata untuk ia kunci, jarinya bergerak bergantian.
"Diandra anak yang baik apa yang membuat mu melakukan itu!"
"Jawablah Aiko apa kau tidak punya mulut!"
"Anak tidak tau diuntung!"
"Seharusnya kau mati saja Aiko! Kenapa kau punya hati iblis seperti itu!" Ibunya masih berteriak tidak peduli bahwa mereka masih diarea sekolah.
Aiko mengangkat kepalanya untuk yang satu ini ia harus menjawab, "Aku sudah mencobanya tapi tidak semudah yang kalian bayangkan," ucap Aiko tatapannya kosong.
Tanpa berkata apa-apa lagi ia pergi tidak peduli dengan keluarganya, ia merasa dirinya akan kehilangan kendali.
Matanya yang sayu penuh dengan emosi menemukan pria kecil yang dia cintai, tanpa menunggu apapun lagi ia menghampiri pria itu.
"Liam," panggilnya dengan suara yang lemah ia tersenyum tipis. Mengulurkan tangannya mencoba memeluk pria itu, tapi senyumnya hilang ketika Liam menghindar tatapan tajam dilayangkan pria itu.
"Aku tidak tau apa yang membuat Aiko melakukan itu kepada Diandra dia gadis yang baik Aiko," ucap Liam.
"Kau percaya dengan kejadian tadi Liam?" Tanya Aiko tidak percaya.
"Tentu saja aku percaya tidak mungkin Diandra berbohong bahkan Dimas mengaku kau yang menyuruhnya," jawab Liam.
"Liam percaya padaku aku tidak pernah melakukan itu," ucap Aiko ia tidak suka dengan tuduhan itu.
"Tidak Aiko aku tidak percaya padamu, dan mungkin perkataan orang-orang tentang kau memanfaatkan ku hanya untuk menyakiti Diandra ada benarnya," ujar Liam tatapan pria itu tidak berubah sama sekali.
"Kau tidak pernah mencintaiku," lanjutnya.
Aiko menyatukan alisnya tidak setuju dengan perkataan Liam, "Apa yang kau dengar itu tidak benar, dan aku tidak pernah berpura-pura mencintaimu aku bersungguh soal perasaan ku," terang gadis itu mencoba menggapai Liam.
"Lalu jika kau mencintaiku kenapa kau lebih memilih temanmu? Kau ingat malam tadi,kan?" Tanya Liam kecewa.
"Apa kau mengukur perasaan ku lewat kejadian tadi malam Liam? Aku tau aku salah aku minta maaf, kau boleh marah untuk itu aku terima. Tapi untuk masalah ini apa kau tidak bisa percaya padaku? Aku tidak pernah melakukan itu, dan asal kau tau aku sangat mencintaimu," jawab Aiko panjang lebar. Ia ingin sekali berteriak didepan kekasihnya bahwa ia sangat mencintai pria itu.
Liam menggelengkan kepalanya, bola mata pria itu bergetar bahkan air mata sudah menumpuk diujung matanya, "Tidak, aku ragu akan hal itu," ucapnya pelan.
"Liam kumohon," pinta Aiko, ia ingin pria itu percaya padanya.
"Tidak Aiko, maaf hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi, aku kecewa kepadamu," putus Liam, setelah itu ia pergi meninggalkan Aiko.
"Bajingan bangsat!!" Maki Aiko sambil memukul kepalanya, cukup lama gadis itu melakukan itu.
Aiko terdiam ia mulai tertawa matanya menyala terbakar emosi, dengan cepat ia pergi membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia sudah tidak peduli apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...