Aiko berjalan santai dilorong sekolah, ia sengaja pulang lebih dulu meski harus berdesakan dengan siswa lainnya yang ingin secepatnya pulang seperti dirinya. Namun, langkahnya terhenti ketika pria kecilnya memanggil namanya.
"Aiko," panggil Liam pelan, pria itu menunduk memainkan jarinya.
"Ada apa?" Tanya Aiko, ia tidak peduli dengan beberapa murid yang menatapnya penasaran.
"Aiko tidak mengajakku pulang bersama?" Liam bertanya sungkan membuat Aiko heran.
"Kau mau pulang bersamaku?" Tanya Aiko lagi, ia tersenyum ketika Liam mengangguk terlihat bibir pria itu mengerucut lucu.
"Tapi Aiko tidak mengajakku, tidak seperti biasanya," jawab Liam pelan membuat Aiko tertawa, pria itu menatap gadis yang lebih tinggi darinya.
"Jika ingin pulang bersama katakan saja, tidak perlu sungkan seperti tadi. Dasar kau ini," Aiko terkekeh geli, tangannya bergerak mengacak-acak rambut milik Liam.
"Tapi, kan Aiko tidak mengajakku aku malu tau," ucap Liam kembali menunduk.
"Iya iya maaf. Jadi bagaimana? Mau pulang bersama?" Tawar Aiko sambil menggenggam tangan Liam yang bergerak bebas.
"Boleh?" Tanya Liam memastikan, matanya bersinar berharap.
Aiko mengangguk senyumnya begitu indah.
"Tentu saja boleh, tapi kita ke apartemen ku dulu aku lupa memberi kado untuk ibumu," jawab Aiko sambil berjalan menuntun pria kecilnya.
.....
"Aiko tidak usah gugup," ujar Liam yang melihat Aiko berdiri kaku, sudah lima menit ia meyakinkan Aiko agar tidak gugup karena ia yakin ibunya akan menerima Aiko dengan senang hati."Bagaimana aku tidak gugup, aku sudah berjanji datang tapi aku mengingkarinya," ucap Aiko tetap dengan pendiriannya.
Gadis itu memakai celana kain berwarna abu, dengan kemeja kebesaran berwarna putih. Rambutnya dengan sengaja ia ikat sebagian, meninggalkan kesan berantakan yang indah.
"Sudahlah nanti saja," putus Aiko sambil berbalik tapi langkahnya terhenti ketika suara wanita tua yang terdengar oleh pendengarnya.
"Liam kenapa diam disini? Cepat masuk dan bawa temanmu itu. Kau ini tidak sopan ya," ucap seorang wanita yang tak lain adalah ibunya Liam, wanita itu dengan sengaja menjitak pelan kepala anaknya karena ia pikir anaknya itu tidak menerima tamu yang datang.
Aiko berbalik menatap kaku wanita yang terlihat cantik, wajahnya yang lembut itu ia turunkan kepada Liam, anaknya.
"Kekasihnya Liam ya?" Tanya ibunya Liam menatap antusias Aiko.
Gadis itu terkejut apalagi saat ibunya Liam datang memeluknya, aroma vanilla langsung menyambar indra penciuman milik Aiko.
"Seharusnya kau kasih tau bunda jika kekasih mu datang Liam," ucap ibunya Liam setelah puas memeluk Aiko. Liana Tan.
Liam yang mendengar itu sontak terkejut, ia senang jika ibunya menganggap Aiko adalah kekasihnya tapi kenyataannya mereka hanyalah mantan kekasih.
"Ah maaf nyonya saya datang kesini hanya untuk memberikan ini," sela Aiko ketika melihat wajah Liam yang berubah murung. Tangan panjangnya menyodorkan bingkisan yang ia bawa.
"Selamat ulangtahun maaf saya tidak bisa datang waktu itu," lanjut Aiko sambil tersenyum.
Liana sedikit terkejut kemudian ia tersenyum sambil menerima bingkisan dari Aiko, akhirnya ia tahu gadis yang membuat putranya sedih beberapa waktu terakhir.
"Terimakasih ya, ayo kita mengobrol didalam," ajak Liana menarik tangan Aiko.
Gadis itu sedikit memutar pandangannya, memperhatikan bagaimana nyamannya rumah Liam meski tidak sebesar rumah keluarganya tapi ia tahu rumah ini lebih nyaman. Bibirnya berkedut ketika melihat banyaknya foto keluarga yang ada dirumah Liam, rasanya asing bagi dirinya. Sampai dirinya tidak sadar jika sedari tadi Liana memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...