Dengan tenang Aiko membersihkan luka di kaki Nick, pria itu menenggelamkan wajahnya. Isakan tangis tidak terdengar lagi, suasana menjadi lebih sepi.
"Kita perlu pergi ke dokter—"
"Tidak perlu," potong Nick.
Aiko menatap Nick kemudian melanjutkan pekerjaannya membersihkan luka pria itu. Tapi matanya tertuju dengan dada putih dengan luka lebam yang samar, ia menyentuhnya dengan hati hati membuat Nick terkejut. Dengan gerakan cepat ia membuka jubah mandi pria itu tidak peduli jika Nick terlihat telanjang bulat di matanya, toh itu hal yang biasa untuk Aiko.
"Kenapa?" Tanya Aiko dengan suara dinginnya.
Nick meneguk ludahnya dengan susah payah membuang mukanya agar tidak menatap mata tajam Aiko, aura gadis itu berubah.
"Aku tanya kenapa?" Ulangnya, jika serius ia tidak suka menunggu jawaban dari lawan bicaranya.
"Hiro," jawab Nick seketika Aiko menatapnya iba.
Aiko pernah mendengar rumor bahwa Hiro memiliki masalah dalam mengontrol tempramennya. Tapi ia menganggap itu hanya angin lalu yang tidak penting dalam hidupnya, ia berpikir dengan cepat apa mungkin Nick menjadi pelampiasan pria itu.
"Apa itu sakit?" Bodohnya Aiko bertanya seperti itu.
"Ya," jawab Nick seadanya.
Aiko menyentuh pipi lembut milik Nick, ia sedikit tersenyum. "Pelukan?" Tanyanya ia merentangkan kedua tangannya.
Nick membulatkan matanya terlihat kristal bening menumpuk diujung matanya, ia menerjang tubuh Aiko memeluk gadis itu sekuat mungkin dan suara tangisan terdengar kembali. Semakin lama tangisannya semakin besar bahunya bergetar sangat kuat, rasa sesak di dadanya ia keluarkan tidak ada lagi sakit tenggorokan karena ia menahan tangis.
Aiko membiarkan pria itu menangis tidak peduli dengan seragamnya yang basah, setidaknya ia bisa membantu pria itu barang sedikit saja. Ia mengelus punggung yang telanjang itu, matanya ia pejamkan.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Aiko," ucap Nick parau.
"Kenapa aku?" Tanya Aiko, dari dulu ia cukup penasaran kenapa Nick sering menghabiskan waktu bersamanya.
"Aku tidak tau, pastinya aku merasa tenang jika bersama Aiko," jawabnya.
"Meski kau tau akan ada orang lain yang membencimu karena itu?" Tanya Aiko lagi, orang yang dia maksud adalah Alexa atau mungkin Liam juga jika pria itu tau.
Nick mengangguk, "Tidak masalah, yang penting aku merasa tenang. Jadi kumohon jangan larang aku untuk bertemu denganmu," pria itu meminta menatap Aiko penuh harap.
"Aku tidak masalah dengan kemauan mu tapi tolong pikirkan aku juga. Aku tidak ingin Alexa marah dia temanku dan aku juga punya kekasih aku harus memikirkan perasaannya juga," ujar Aiko menolak halus permintaan pria itu.
"Lalu bagaimana denganku? Apa kau tidak memikirkan juga?" Tanya Nick ia tidak bisa terima.
Aiko menghela nafas berat ia tidak boleh salah bicara bisa bisa pria didepannya mengamuk lagi, meski ia merasa tidak ada yang salah dengan perkataannya.
"Aku juga memikirkanmu Nick kau temanku," kata Aiko ia bingung harus mengatakan apa lagi.
"Jadi tidak apa-apa jika aku bertemu denganmu, kan?" Pria itu memastikan.
"Ya, tidak apa-apa," final Aiko ia cukup lelah Nick pria yang keras kepala. "Tapi jangan terlalu sering, saat kau benar-benar membutuhkanku kau boleh menemui ku," lanjutnya.
Nick tersenyum ia bangkit dan mengelap ingusnya, "Baiklah kalau begitu aku pegang kata-katamu," imbuhnya.
Aiko mengangguk lemah memegang kepalanya ia rasa ia akan gila nanti. Ia memperhatikan Nick yang menggoyangkan tubuhnya bahagia, mendengarkan pria itu berbicara dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...