Liam berdiri menunggu Aiko dengan tidak sabar, ia sudah menghubungi Aiko meski gadis itu tidak membalasnya ia yakin Aiko pasti akan datang gadis itu sudah berjanji kepadanya.
"Liam temanmu masih belum datang?" Tanya ibu Liam, wanita yang terlihat sangat cantik malam ini, wajahnya yang lembut ia turunkan pada anaknya, Liam.
"Belum sepertinya," jawab Liam lesuh, ia mulai merasa Aiko tidak akan datang.
"Bagaimana kalau kita mulai acaranya terlebih dahulu siapa tau dia datang ditengah acara," ucap ibunya Liam wanita itu tersenyum ketika melihat putranya menekuk wajahnya kecewa.
"Baiklah," ucap Liam pasrah, ia mulai berjalan mengikuti ibunya.
Acara ulangtahun ibunya Liam berjalan lancar, anggota keluarga yang hadir begitu bahagia tak terkecuali Liam meski ada sesuatu yang mengganjal didalam hatinya. Gadisnya itu tidak datang bahkan sampai berakhirnya acara, sekarang pun sudah tengah malam dan Liam menunggu pesan Aiko, ia berharap gadis itu menghubunginya dan menjelaskan perihal ia tidak bisa datang.
"Uh apa Aiko lupa? Tapi tadi siang ia sudah berjanji," ucapnya kepada diri sendiri, suaranya sedikit bergetar.
"Apa aku coba telepon saja? Tapi ini sudah malam," Liam bergelut dengan dirinya sendiri, sampai akhirnya ia mencoba untuk tidur dan menunggu besok.
"Aku harap Aiko tidur nyenyak," ucap Liam sebelum terlelap.
....
Aiko masih terdiam ia tidak bisa berpikir pikirannya begitu penuh, tubuhnya begitu panas ditambah entah kenapa hatinya begitu sakit rasa khawatir begitu jelas ia rasakan. Emosinya bahkan sulit itu kendalikan, beberapa kali ia mencoba berpikir secara rasional. Ia melirik Nick pria yang tertidur setelah menangis dipeluknya, pria itu terlihat begitu manis ketika tertidur tidak salah jika Hiro memiliki banyak foto Nick.Soal Hiro, Aiko sulit percaya dengan sikap Hiro yang begitu kasar pada Nick. Pria manis itu menjelaskan bagaimana Hiro bisa menyerangnya tadi siang, Hiro gagal dalam taruhan ia harus membayar cukup mahal untuk kekalahannya sedangkan disisi lain masalah ekonomi menerpa keluarga Hiro. Tidak salah jika pria manja mengamuk ketika takdir sudah tidak berpihak kepadanya, dari awal Hiro lahir ia bisa mendapatkan apapun tanpa bantahan nasib baik ia bisa atur, tapi untuk kali ini Tuhan ingin menjelaskan keberadaannya.
Ia melirik handphonenya yang dari siang ia matikan, ia mengambil benda pipih itu dan menyalakannya. Ia terkejut ketika melihat banyak pesan dan panggilan dari Liam, dengan cepat ia menghubungi pria itu.
Sambungan pertama tidak ada jawaban sampai sambungan ketiga, dan sambungan ke empat Liam mengangkatnya.
"Maaf," ucap Aiko ia tau kesalahannya dan ia berhak meminta maaf untuk itu.
"Untuk apa?" Tanya Liam, suaranya bergetar.
"Aku sudah berjanji kepadamu untuk datang malam ini tapi aku tidak melakukannya, aku minta maaf," jawab Aiko.
"Kenapa?" Tanya Liam lagi, ia ingin marah.
"Karena temanku sedang ada dalam masalah aku ingin membantunya dan ya sampai aku lupa dengan janjiku," jawab Aiko ia menghela nafasnya.
"Seorang pria?" Tanya Liam lagi.
Gadis itu terdiam sebentar, kemudian menghela nafasnya. Ia sudah ingkar janji jadi tidak mungkin jika ia harus berbohong.
"Ya," jawab Aiko seadanya.
Liam bergumam mendengar jawaban dari gadisnya, ia marah sekarang masa bodo jika ia disebut kekasih yang egois. Ia ingin marah dan sekarang ia akan melakukannya, sambungan telepon ia matikan secara sepihak. Ia tidak suka jika Aiko menghabiskan waktu dengan pria lain, apalagi dengan pria yang tidak ia kenal, ia begitu semangat untuk memperkenalkan Aiko kepada keluarganya ia ingin menyombongkan betapa bahagianya dia bisa menjadi kekasih Aiko. Namun, gadis itu menghancurkan rencananya, untuk saat ini biarkan dirinya tertelan oleh kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...