Parkiran sekolah dipenuhi oleh banyak orang yang berlomba-lomba untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Aiko juga sama, tapi berbeda dengan yang lain, terkadang Aiko dan temannya memarkirkan kendaraannya di tempat yang agak jauh dari tempat semestinya, parkiran lama. Tempat itu agak sepi dan kumuh, beberapa orang yang bukan warga sekolah bisa keluar masuk sesuka mereka. Bisa dilihat dari beberapa orang yang mirip dengan preman yang terlihat akrab dengan beberapa siswa yang ada disini.
"Aku baru tau ada tempat yang seperti ini," ucap Liam berjalan dibelakang Aiko, ia sedikit menyembunyikan dirinya lingkungan ini bukan tempatnya.
"Banyak tempat yang memang hanya beberapa orang yang tau dan itu baiknya," ucap Aiko pada Liam.
"Hey, aku baru melihat mu lagi," ucap seseorang yang menghampiri Aiko ketika gadis itu akan masuk kedalam mobil miliknya.
"Akhir akhir ini aku sering memarkirkan kendaraan milikku di area sekolah. Kau lihat kan apa yang aku bawa," kata Aiko sedikit memamerkan mobil barunya.
Pria yang terlihat seperti preman itu tersenyum mengangguk. "Kau memang tidak pernah membeli barang pada kami, tapi kita ini keluarga kami merindukan mu," ujar pria itu sambil melirik beberapa pria yang sejenis dirinya.
"Tenang saja, untuk beberapa waktu kedepan aku akan lebih terlihat lagi disini" ucap Aiko sedikit tertawa.
Kemudian mereka berbincang dengan akrab sampai melupakan pria kecil yang terlihat tidak nyaman disana.
"Ngomong ngomong siapa pria itu? Aku melihatnya seperti sebuah ancaman," kata pria itu menunjuk Liam dengan dagunya.
"Jika aku mengatakan bahwa dia kekasihku bagaimana menurutmu?" Aiko bertanya untuk memastikan, karena Aiko tau bahwa orang orang seperti mereka sedikit waspada dengan pria yang seperti Liam. Pria taat aturan yang menyebalkan, begitu kira kira.
Pria yang diberi pertanyaan itu hanya memainkan alisnya dan didetik selanjutnya dia tertawa. "Kau memang memiliki selera yang unik Aiko,"
"Tentu saja aku ini Aiko," ujar Aiko menyombongkan diri. Ia melirik Liam, sepertinya ia harus pergi.
Aiko tersenyum, "Baiklah, kalau begitu aku pergi," pamitnya.
Setelah mengatakan itu ia segera masuk kedalam mobil yang diikuti oleh Liam. Tidak ada percakapan disana, Aiko juga terlihat sangat fokus memandangi jalanan.
"Aiko, jika aku boleh tau siapa mereka?" Tanya Liam melirik Aiko.
"Pengedar," jawab Aiko singkat.
Seketika Liam melotot bukan main dengan jawaban Aiko, dan anehnya gadis itu terlihat enteng dengan jawabannya. Liam sedikit memikirkan rencana untuk melaporkan mereka, bagaimana pun ia tidak suka dengan orang orang yang memiliki andil dalam merusak generasi bangsa.
"Jika kau berpikir untuk melaporkan mereka aku sarankan jangan, tapi jika kau mencari kematian mu sendiri silahkan," ucap Aiko yang sepertinya tau dengan pemikiran kekasihnya.
"Aku akan dilindungi oleh aparat," kata Liam tidak setuju dengan perkataan Aiko. Bagaimana pun kejahatan harus dihilangkan.
Aiko sedikit berdecak kagum dengan pemikiran polos milik Liam. "Mereka melindungi mu dari orang-orang pengedar tidak dari atasan pengedar itu,"
Liam melirik Aiko tidak mengerti dengan apa yang gadis itu katakan.
"Kau pikir orang orang seperti mereka akan membiarkan kau hidup tenang setelah kau mengganggu bisnis mereka?" Tanya Aiko dengan nada sarkastik.
Liam sedikit memikirkan perkataan Aiko, apa yang gadis itu katakan ada benarnya. Karna tidak mungkin bisnis tersebut bisa berjalan jika tidak ada orang yang mengaturnya, dan pastinya orang yang mengatur itu bukan orang sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...