Aiko berjalan santai menuruni tangga, tujuannya adalah kelas. Namun ia tidak tau kalau seseorang sedang berlari menuju kearahnya dengan cepat, tabrakan pun tak terelakan. Aiko terkejut tapi ia masih bisa mengontrol dirinya agar tidak jatuh, namun sialnya seseorang yang menabraknya terhuyung ke belakang dan akan terjatuh.
Dengan cepat Aiko menarik kerah baju orang itu dan menariknya dengan kuat, tapi sialnya tubuh orang itu terlalu ringan sehingga tubuhnya menabrak kembali tubuh Aiko dan mereka pun terjatuh dengan posisi yang cukup memalukan. Posisi Aiko bersandar pada tangga dengan orang itu diatasnya, dia menunduk seperti ketakutan.
"Hey!" Panggil Aiko dengan suara seraknya, orang itu harus segera menyingkir karena dia terlalu dekat dengan area sensitif milik Aiko.
Setelah mendengar suara Aiko, orang itu akhirnya menyingkirkan dan duduk disamping Aiko.
"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya khawatir terlihat di wajah tampannya. Dia Liam.
Aiko menatap sinis Liam, "Harusnya aku yang bertanya apa kau tidak apa-apa, karna kau terlihat ketakutan tadi," jawabnya tidak suka.
"Dan lihat lututmu terluka," lanjut Aiko menunjuk dengan gerakan mata.
"Eh, aku tidak menyadarinya tapi tidak apa-apa aku akan mengobatinya nanti. Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku," ucap Liam dengan senyum yang terpantri diwajahnya.
"Hm, ngomong ngomong kenapa kau terburu buru menaiki tangga?" Tanya Aiko.
"Oh itu, aku ingin mencari mu karena kau melewatkan satu jam pembelajaran, jadi aku mencarimu. Jujur saja aku takut kau kenapa-kenapa," jawab Liam seadanya.
"Cih, kau mengkhawatirkan seseorang yang bisa menjaga dirinya sendiri, sedangkan kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri," ejek Aiko.
Liam hanya bisa menunduk kepalanya, apa yang dikatakan oleh Aiko memang ada benarnya. Gadis itu menyadari apa yang dikatakannya terlalu kasar.
"Tapi terimakasih karena sudah mengkhawatirkan ku," ujar Aiko dengan suara kecil nyaris tidak terdengar, namun tentunya masih bisa didengar oleh Liam.
Aiko segera memalingkan wajahnya, ia tak ingin pipinya yang merah terlihat oleh Liam. Itu memalukan.
Liam tersenyum mendengar apa yang tadi Aiko katakan, dan ia tertawa geli karena ia melihat wajah Aiko yang memerah karena dirinya.
Liam berdiri dihadapan Aiko dan mengulurkan tangannya.
"Ayo kita pergi ke kelas," anaknya riang.
Aiko yang melihat itu hanya tersenyum samar, didetik selanjutnya ia berdiri memasukkan kedua tangannya kedalam saku rok dan berjalan meninggalkan Liam tanpa mengatakan apapun lagi.
Liam yang melihat itu hanya terkekeh geli dan segera menyusul Aiko.
"Aku tidak sadar kalau ternyata kau lebih tinggi dariku," ucap Liam memulai percakapan lagi.
"Hm?" Gumam Aiko heran.
Ia berhenti mendadak hampir membuat Liam menubruk punggungnya. Aiko berbalik dan sedikit menunduk dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh Liam, jikalau Aiko lebih tinggi dari pria itu.
Aiko dan Juni sering disebut wanita raksasa, karena tinggi mereka yang lebih dari seratus tujuh puluh lima sentimeter. Tapi, ia tidak sadar jika ia lebih tinggi dari Liam.
"Kenapa bisa?" Tanya Liam.
"Apanya?" Tanya Aiko tidak mengerti.
"Tinggimu, kenapa bisa kau sangat tinggi untuk ukuran wanita Indonesia, dan juga teman mu si ketua taekwondo kenapa bisa tinggi sekali?" Tanya Liam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...