Liam terdiam menatap sekeliling yang begitu asing baginya, banyak orang yang berpenampilan modis yang terlihat garang. Berbeda dengan dirinya, ia hanya menggunakan hoodie kebesaran dengan celana hitam panjang.
"Jangan khawatir mereka orang orang baik kok," ucap Hiro menepuk pelan pundak Liam.
Liam menatap Hiro yang lebih tinggi darinya, ada rasa khawatir tapi bukan dari orang orang disini.
"Kapan Aiko kesini?" Tanya Liam kemudian.
"Kenapa tanya aku? Aku tidak tau, mungkin sebentar lagi," jawab Hiro terkekeh geli.
Liam menghela nafasnya, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aiko.
....
"Do'akan agar aku menang ya sahabat," ujar Alexa menatap kedua temannya dengan mata yang begitu berbinar."Ya semoga kau menang," ucap Aiko seadanya.
Setelah mendengar ucapan dari Aiko, ia menatap Juni penuh harap.
"Jangan menatap ku seperti itu, aku tidak berharap tapi aku yakin kau menang," kata Juni membuat Alexa tersenyum senang.
"Baiklah, cari tempat duduk yang nyaman ya," setelah berkata demikian gadis itu pergi bersiap untuk balapan.
Aiko mengecek handphonenya, ada pesan dari Joshua bahwa pria itu menitipkan minuman dengan botol berwarna biru di kulkasnya. Ia tidak peduli meskipun agak curiga dengan sepupunya.
"Aiko!" Panggil Joshua, ia mencengkram pundak Aiko erat menatap mata gadis itu dalam.
"Jangan seperti itu aku tidak akan tersipu," ucap Aiko datar.
"Bukan bukan itu! Aku harap kau tidak marah dan mengamuk," ujar Joshua membuat Aiko bingung. Memangnya ada apa?
"Arah jam lima," gumam Joshua.
Aiko yang mengerti segera membalikkan tubuhnya, dan mengedarkan pandangannya.
"Aku tidak salah lihat, kan Josh?" Tanya Aiko, ada sedikit amarah disana.
Pria itu menggeleng meski ia tau bahwa itu percuma karena Aiko tidak bisa melihatnya, "Jangan mengamuk disini ingat," bisiknya tepat ditelinga sepupunya.
Aiko memutar bola matanya malas, sedikit memukul kepala Joshua.
"Aku akan mengamuk jika kau berbicara tepat ditelingaku," ucap Aiko sambil pergi meninggalkan Joshua dengan Juni.
"Hi Juni," sapa Joshua tersenyum lebar kearah Juni.
"Jangan bicara kepadaku," desis gadis itu kemudian pergi meninggalkan Joshua sendiri.
Pria itu tidak peduli, dengan rasa senang dan semangat yang membuncah ia segera mencari tempat duduk yang nyaman untuk menonton gadis yang ia sukai.
Aiko berjalan lurus tidak peduli dengan tatapan orang orang, khususnya tatapan dari teman dekat Hiro. Lalu ia berdiri tepat dihadapan pria kecil yang sedari tadi duduk sambil menunduk memainkan jarinya.
"Liam," panggil Aiko ia sedikit tersenyum.
Liam terkejut ketika ia mengenali suara yang memanggil namanya, dengan segera ia mendongakkan kepalanya. Ia ingin sekali memeluk gadis yang ada dihadapannya, tapi ia urungkan melihat tatapan tidak bersahabat dari mantan kekasihnya walau pun gadis itu memperlihatkan senyumnya.
"Kenapa kau membawanya kemari?" Tanya Aiko kepada Hiro.
"Kenapa ya? Aku juga tidak tau alasannya," jawab Hiro terdengar menyebalkan ditelinga Aiko.
Pria jangkung itu mendekatkan dirinya dengan Aiko, "Mungkin karena aku ingin dia menjadi kekasihku, eh?" Bisiknya begitu pelan namun tajam.
Aiko tersenyum mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...