Sungguh Aiko merasa terbebani jika harus satu mobil dengan keluarganya, ia seperti orang asing yang tiba tiba masuk. Namun, apa boleh buat ayahnya sendiri yang meminta ia untuk satu mobil dengan mereka, dan Aiko tidak bisa menolak itu.
Sejak tadi dia hanya diam sambil mendengarkan musik di handphonenya, tidak ingin masuk dalam lingkaran kehangatan yang keluarganya buat.
"Aiko," panggil pria yang Aiko anggap sebagai ayahnya.
Aiko segera mengalihkan pandangannya yang dari tadi hanya tertuju pada pemandangan jalanan saja dan menatap ayahnya. "Hm?"
"Kenapa kau diam saja? Apa kau gugup karena sudah lama tidak bertemu dengan kakek?" Tanya ayahnya Aiko.
"Ya sedikit," jawab Aiko dengan suara seraknya, selama perjalanan Aiko tidak berbicara satu kata pun jadi tidak aneh jika nada suaranya sedikit berbeda.
Ayahnya Aiko mengangguk paham, "jangan terlalu gugup Aiko,"
"Hm."
Tidak lama setelah perbincangan itu, mereka telah sampai ditempat tujuan. Rumah kakek Aiko bisa dibilang cukup mewah untuk ukuran rumah yang memiliki umur hampir sama dengan umur negara Indonesia. Meski beberapa tahun terakhir rumah tersebut sedikit direnovasi agar terlihat sedikit lebih modern.
"Kakek!" Panggil Diandra dengan nada yang begitu ceria.
Berbanding terbalik dengan Aiko yang hanya memperhatikan interaksi antara Diandra dan kakeknya, Holas. Beliau terlihat begitu senang dengan tingkah Diandra yang seperti anak kecil dihadapannya. Didalam lubuk hati Aiko ia merasa cemas jika suatu hari kakeknya akan lebih menyayangi Diandra.
Merasa diperhatikan, kakeknya Aiko segera mengalihkan perhatian dari Diandra dan menemukan sosok cucu kesayangannya yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Ia tersenyum tipis, dan segera menghampiri Aiko yang hanya berdiam diri di halaman rumah.
"Kenapa hanya diam disini? Kau tidak rindu kakek mu yang tampan ini?" Tanya kakek Aiko yang diakhiri dengan kekehan ringan.
Aiko tersenyum ia segera memeluk kakeknya itu, "Entahlah aku gugup, sudah lama aku tidak bertemu dengan kakek jadi aku bingung," jawab Aiko samar.
"Lihatlah, semakin kau besar semakin kau mirip dengan kakekmu ini,"
"Tentu saja aku ini kan cucumu, jika kau ingat," kata Aiko sambil tertawa kecil.
Beliau tersenyum mendengar penuturan dari cucunya. Jika ia melihat Aiko, ia selalu teringat dengan mendiang istrinya dan juga dirinya selagi muda dulu.
Aiko yang cantik sekaligus tampan itu memiliki kemiripan dengan neneknya dari segi visual, dan sifat yang mirip dengan kakeknya.
"Woi Aiko!" Panggil seseorang tidak santai siapa lagi kalau bukan Joshua.
Aiko segera melepaskan pelukannya dan menatap heran sepupunya itu. "Kau baik baik saja kan?" Tanya Aiko sedikit heran dengan penampilan aneh Joshua.
Kemeja berbunga yang sedikit kusam, celana cutbray hitam dibawah pinggang dan jangan lupakan tali hitam panjang yang ada di lehernya. Dia juga tidak mengancingkan kemejanya dengan benar hingga dada bidang laki laki itu terlihat.
"Aku kenal kacamata hitam itu dan juga ikat kepala itu juga," kata Aiko pada Joshua. Selain itu Joshua juga menambah penampilannya dengan kacamata hitam dan ikat kepala yang membuat rambutnya sedikit mengembang.
"Itu punya kakek kan?" Lanjutnya.
"Yup, dan kau tau saja mobil kesayangan kakek sekarang menjadi milikku!!" Ucapnya senang sambil berteriak seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy
Teen Fiction[Warning 17+] Aiko itu gadis yang dominan bahkan di hubungannya pun ia menjadi pihak yang dominan. Dia bukan gadis yang suka dimanja tapi ia yang memanjakan pasangannya, ia lebih suka melihat pasangan frustasi dalam pelukannya dan itu yang dirasakan...