43. RETAK

1.4K 97 0
                                    


Haii❤️

Jangan lupa buat vomment okay?

Follow akun wp aku yaa

Happy reading!!

....

"Papa kenapa ijinin dia buat ketemu sama aku?" suara Vares terdengar dingin. Sorot matanya pun terlihat berbeda, bukan seperti Vares yang seperti biasa.

"Dia Mama kamu, nggak seharusnya kamu bersikap seperti ini Vares!" peringat Diki kepada putra keduanya.

Vares membuang nafasnya kesamping, ia tidak habis pikir dengan Papanya. Sudah tahu ia benci kepada Mamanya mengapa terus dipaksa untuk memaafkan? Teori memaafkan memanglah mudah, tapi melakukannya tidak semudah membalikan telapak tangan. Apa lagi luka dihatinya baru saja mengering namun sudah harus ditimpa dengan luka baru.

Ia menyeringai. "Apa perlu aku nggak akuin dia sebagai ibu aku baru semuanya akan berhenti memihak sama dia? Vares capek Pa, selalu dipaksa untuk melakukan hal yang sulit untuk Vares lakukan." keluh Vares.

Diki harus ektra sabar untuk menghadapi putranya yang sangat keras kepala ini. Entah sudah berapa ribu kali ia mencoba memperingati Vares agar mengikhlaskan semua yang telah terjadi dan memaafkan kesalahan Manda, namun apa? Sampai mulutnya berbusa pun sepertinya hanya akan sia-sia.

"Papa mohon, sekali aja. Maafkan Mamamu, bagiamana pun dia yang sudah melahirkan kamu. Coba pikir gimana kalau Resha yang menempati posisi Mama kamu, apa kamu mau?" ucapan Diki membuat hatinya sedikit tersentil.

Tapi Vares tetaplah Vares, laki-laki kepala batu yang tidak akan mudah untuk dibujuk apalagi mengenai masalah ini. Diki memijat pelipisnya yang terasa pening.

"Nggak!" tolak Vares mentah-mentah.

Diki menarik napasnya dalam-dalam. Kesabarannya benar-benar dipermainkan oleh putranya sendiri. Ia juga merasakan sakit yang sama dengan Vares, namun ia sadar dendam dan amarah bisa menghancurkan semuanya dan tidak ada gunanya jika dilakukan.

"Kamu capek, Papa juga capek. Jika kamu memang mau di mengerti, kamu juga harus mau mengerti perasaan orang lain. Berhenti bersikap layaknya anak kecil, kamu sudah dewasa Vares." ujar Diki dengan hati yang berdenyut nyeri.

Ia berjalan mendekati Vares, merengkuh tubuh anaknya yang tingginya sudah melebihi tinggi badannya sendiri. "Papa tahu ini sangatlah sulit, tapi kamu harus ingat kamu ada didunia ini juga karena Mama kamu. Dia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi melihat kamu lahir ke dunia ini-" Vares mendorong dada Diki untuk mengikis jarak diantara mereka.

"Jangan terus bujuk aku Pa." tatapannya kosong lurus kedepan, ia tidak berani menatap Papanya yang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Karena aku nggak bakal terbujuk. Dia udah bikin hidup aku hancur. KENAPA DIA HARUS KEMBALI?!" suaranya meninggi di akhir kalimatnya.

Aksa yang mendengar teriakan dari ruang kerja Papanya, dia datang dengan langkah tergesa dengan diikuti Sargas dengan wajah datarnya. Sejak tadi mereka mendengarkan suara gaduh dari ruang Papanya, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memastikan apa yang terjadi disini.

"Ada apa sih?" raut wajah Aksa sangat berbanding terbalik dengan raut biasanya. Wajahnya datar karena menyadari ada sesuatu yang tengah diributkan, semua orang dirumah ini tau jika ia tidak suka dengan keluarganya bertengkar. Mamanya sudah pergi karena sebuah pertengkaran dan ia berpikir bahwa pertengkaran akan memecah belah kebersamaan.

Jika ada yang bertengkar maka akan ada korban selanjutnya yang akan pergi.

Vares dan Diki kompak terdiam. Jika Aksa sudah menunjukkan sikap seriusnya maka rumah mereka sedang dalam sinyal bahaya. Tahu sendiri marahnya orang humoris lebih menyeramkan dibanding singa yang tengah mengamuk. Aksa marah, maka Sargas saja kalah menyeramkan.

VARESHA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang