52. PASAR MALAM (2)

1.4K 96 0
                                    


Haii❤️

Apa kabar?

Makasih, udah mau baca karya gaje aku sampe sini!

Jangan lupa buat vomment okay?

Follow akun wp aku yaa

Happy reading!

....

"Raf, gue nggak mau." ujar Auren sambil menggelengkan kepalanya. Terlihat sekali gadis itu sangat panik, terbukti dari matanya yang berkaca-kaca dan tangannya yang meremas kaos yang dipakai oleh Rafa. Auren terus melirik kearah luar dimana Melvalos beserta Vares dan Resha sudah berada disana. Dan yang membuat dirinya semakin panik adalah kehadiran seseorang yang tidak ia ketahui, ia takut jika seseorang itu adalah pengacara ataupun tangan kanan Vares yang akan menjebloskannya ke penjara.

Rafa berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Auren yang terduduk di kursi roda. Ia mengelap air mata yang mengalir deras dari kedua mata Auren. "Tenang dulu, mereka nggak bakal jahatin lo. Mereka cuma mau membahas hal ini secara kekeluargaan, Vares nggak mungkin masukin lo ke penjara."

"Nggak mau! Mereka pasti mau bunuh anak gue." Auren semakin histeris karena despresi yang ia alami beberapa hari terakhir. Rafa dengan sigap langsung memeluk Auren untuk memberikan ketenangan.

"Oke, gue nggak akan paksa lo buat keluar. Tapi gue mau kesana sebentar, lo tunggu dulu disini."

Rafa melepaskan pelukannya dan hendak berjalan keluar. Namun perempuan itu menggelengkan kepalanya seraya menarik tangan Rafa agar tidak mendekati mereka.

"Gue janji nggak akan lama. Biar semuanya cepet selesai, oke?"

Akhirnya Auren mengangguk walaupun ia sangat merasa takut. Perempuan itu sepenuhnya sesudah bisa menerima anak yang berada dikandungan, tapi rasa bersalah semakin membesar dalam hatinya. Hal itu juga yang membuat dirinya depresi, ia takut jika mereka akan membunuh anaknya karena kejahatannya pada Vares dan Resha.

"Gue rasa, dia masih butuh waktu." kata Rafa lesu. Dia menundukkan kepalanya merasa bersalah kepada Melvalos, karena bagaimanapun sepupunya telah berbuat dosa besar kepada sang ketua.

"Cih! Sekarang gayanya sok depresi." Seno mendecih, sungguh ia sangat membenci Auren. Tidak ada niatan untuk memaafkan apalagi menghilangakan perasaan benci kepada perempuan yang telah menghancurkan kehidupan ketuanya. Walaupun kini ingatan Vares sudah kembali, tapi ia tetap membenci Auren.

"Sen!" tegur Vinda. Dia juga membenci Auren, tapi ia berpikir tidak ada gunanya untuk mencemoohnya. Toh ia pikir karma yang didapat oleh Auren sudah setimpal, depresi dan Adava yang mengalami gangguan jiwa. Ia yakin, hidup Auren pasti akan sulit untuk merasakan ketenangan.

"Jadi gimana Res? Hukuman apa yang akan lo jatuhkan ke Auren?" tanya Dewa seraya melipat kedua tangannya didepan dada. Semuanya ia serahkan kepada Vares, karena memang sahabatnya itu yang berhak.

"Tujuan gue untuk mau datang kesini untuk memberikan pengobatan buat Auren, bukan menghakimi dia. Gue udah maafin dia sejak awal, jadi gue nggak akan memutuskan hukuman apa yang harus dia terima." ujar Vares tegas. Kemudian pandangannya beralih pada Seno. "Sen, lo harus bisa maafin kesalahan orang lain, baik kecil atapun besar. Nggak semuanya harus terjadi atas apa yang ada diotak lo, semua orang punya keinginannya sendiri. Allah yang akan memberikan pembalasan, jadi kita nggak pantas untuk terus memaksa hukuman yang berat buat dia didunia."

Semuanya mengangguk atas penjelasan Vares. Jika dia saja sudah memutuskannya, apa alasan mereka untuk tetap menghukum Auren?

Seno hanya terdiam mendengarkan ucapan Vares yang akhirnya keluar dari lubang telinga kirinya. Dengarkan ini, Seno tidak perduli.

VARESHA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang