49. IN MEMORIAM

1.2K 91 0
                                    


Haii❤️

Apa kabar?

Jangan lupa buat vomment okay?

Follow akun wp aku yaa

Happy reading!!

....

Aretha Amelia, telah tiada.

Jangan tanyakan sepeti apa perasaan Resha sekarang, tentunya ia merasa hidupnya sangat hancur hingga berkeping-keping. Ia tidak tahu, otaknya tidak bisa perpikir dan mulutnya tidak bisa berkata-kata.

"Amel, udah nggak ada?"

Pastinya sulit untuk menerima itu semua, apalagi ia tidak bisa mendampingi masa-masa terakhir hidup adiknya. Ia menyesal, menyesal atas semuanya. Takdir memang tidak ada yang menduga, tapi seburuk apapun takdir yang telah dituliskan, kita tidak akan pernah bisa merubahnya.

Rencana Allah adalah yang terbaik, meskipun kita tidak tahu dimana poin 'baik' yang dimaksud dalam kalimat tersebut. Mungkin kelak mereka baru akan menyadarinya, setelah semuanya telah membaik.

Tangis Resha terpecah saat matanya menatap gundukan tanah yang masih terlihat basah didepan matanya tersebut. Ia menggelengkan kepalanya berusaha menepis pemikirannya, tidak mungkin Amel telah meninggalkan dirinya.

"Nggak mungkin! Amel jangan bercanda, nggak lucu!" ia memukul gundukan tanah tersebut dengan sebelah tangannya yang terkepal.

"Nak, yang sabar ya sayang. Ikhlaskan Amel, dia udah bahagia disana." Malik merengkuh tubuh Resha yang terduduk ditanah sehingga dirinya pun ikut berjongkok. Yang ia rasakan kurang lebih sama dengan putri sulungnya, pastinya ia tetap merasa kehilangan.

Resha menggeleng dan meronta-ronta agar Malik melepaskan rengkuhannya. Selalu bersama dari kecil dan melakukan apapun bersama, hal itu yang akan menjadi kenangan manis bagi Resha selamanya.

"Gue minta maaf!" pekiknya.

"Gue ikhlas relain Vares buat lo, ayo bangun!"

"Ini salah gue." lirihnya membuat Malik semakin mengeratkan pelukannya, bibirnya mengecup kepala Resha yang terbalut hijab yang saat ini terlihat berantakan.

"Istighfar nak, Astagfirullahaladzim." tuntun Malik mencoba memberikan ketenangan bagi putrinya. Diapun juga merasakannya. Stres, marah, kecewa, menyalahkan diri sendiri, bingung, tapi ia masih harus menyediakan bahunya untuk Resha bersandar, jadi ia tidak boleh lemah.

Resha perlahan mulai tenang dalam bisikan dari bibirnya yang melantunkan kalimat istighfar. Mata sembabnya kembali menatap gundukan tanah tersebut, perlahan ia mendekat dan memeluk nisan yang bertuliskan nama adiknya.

"Gue minta maaf sama lo, gue belum bisa jadi kakak yang baik. Tenang disana ya Mel, tunggu gue. Nanti kita bisa sama-sama lagi, insyaallah." isaknya.

Ikhlas, satu kata penuh makna. Mengikhlaskan seseorang kembali kepangkuan sang pencipta bukanlah hal yang mudah. Semua orang pasti akan mengalami kehilangan dan dipaksa untuk mengikhlaskan, tapi itulah ujian yang harus kita lewati. Setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada sang pencipta.

Setelah mengucapakan doa untuk Amel, kemudian mereka satu persatu mulai meninggalkan makam Amel. Meskipun tidak ikhlas meninggalkan adiknya sendirian, tapi karena mengingat kandungannya semakin melemah, mau tidak mau ia harus menurut ucapan Ayahnya yang memaksanya agar pulang terlebih dahulu.

Setelah suasana sepi, seorang pria dengan kemeja hitam dan masker yang terpakai rapi, datang kemakam Amel. Cakra. Setelah menghilang sejak saat itu, ia belum pernah menunjukkan dirinya kepada siapapun. Ini yang menjadi pertama kali dirinya bertemu Amel lagi, tapi tidak bisa secara langsung. Ia hanya bisa mengirim doa dan berkomunikasi lewat hati.

VARESHA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang