PART 28

1.1K 86 27
                                    

Kalian pasti tau caranya menghargai karya seseorang. Jadi tolong jangan jadi silent reader ya🤗

Happy reading guys!

*
*
*

Hari Senin dimana semua orang memulai aktifitas kembali. Begitu pun dengan Fazo. Lelaki itu sudah siap dengan setelan jas yang sudah melekat indah ditubuh atletisnya. Ia pun segera turun untuk menemui istrinya.

" Morning sayang " sapa Fazo saat melihat sang istri sudah duduk menunggu kedatangannya.

" Morning mas ayo kita sarapan "

Pergerakan Fazo terhenti ketika terdengar dering ponsel. Awalnya ia ingin mengabaikannya, namun saat melihat username yang tertera dengan segera ia mengambil ponselnya.

" Bentar ya aku angkat telpon dulu " ucap Fazo seraya pergi menjauh dari ruang makan agar pembicaraannya dengan sang penelepon tak didengar oleh isterinya. Nia menatap Fazo dengan pandangan sulit diartikan.

" Sayang kayanya aku harus pergi sekarang " ucap Fazo terburu-buru

" Ko mau pergi sekarang, aku udah masakin kamu buat sarapan kita loh "

" M-maaf soalnya barusan ada telpon katanya ada meeting mendadak maaf ya sayang " mendengar itu Nia hanya mengangguk sekilas.

Fazo mengusap Surai rambut Nia " Kamu jaga diri baik-baik ya, mama sama bunda hari ini katanya ga bisa kesini katanya lagi ada acara kamu gapapa kan dirumah berdua sama bi Siti? " Lagi-lagi Nia hanya mengangguk.

" yaudah aku pergi dulu ya " setelah mengucapkan itu Fazo berlalu begitu saja. Padahal biasanya Fazo akan memeluk menciumnya dan Fazo tak pernah melupakan ritual paginya, yaitu menyapa calon anak yang ada diperutnya.

Saat Fazo sudah menghilang dari pandangannya dengan cepat ia meraih ponselnya.

" Lakukan pekerjaan mu sekarang, kumpulkan bukti sebanyak-banyaknya. Main cantik karna saya tak ingin ada orang yang mengetahui nya. " Nia pun langsung memutuskan sambungan telponnya tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya. Nia menerewang kedepan seraya tersenyum sinis. Entahlah apa yang dimaksud dengan perkataan sang bumil barusan. Dan sekarang kita juga tak tau apa isi otak cantiknya itu. Untuk sekarang hanya Nia dan tuhan yang tau. Tapi yang jelas Nia yang dulu dengan Nia yang sekarang jauh berbeda. Dari pola pikir hingga tindakan-tindakan yang akan ia lakukan kedepannya sudah dilakukan dengan penuh pertimbangan yang matang.

* * * *

Dilain tempat terlihat seorang pria tengah termenung di taman kota yang terlihat sepi karna kebanyakan orang-orang sedang melakukan rutinitas hariannya. Sudah lebih dari satu jam pria berparas tampan itu hanya duduk seraya melamun. Dia adalah Lintang. Pikirannya dari kemarin-kemarin tengah dipusingkan dengan perkataan sang mama tercinta. Ia berkali-kali didesak oleh sang mama untuk mencari pasangan hidup. Jika dalam kurun waktu 2 Minggu tak mendapatkan pasangan hidup, dengan terpaksa mamanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan anak sahabatnya.

Saat mendengar kata perjodohan jelas Lintang langsung menentangnya dengan keras. Di zaman sekarang masih ada jodoh-jodohan? Sungguh pikiran mamanya sangat kolot sekali. Padahal ia masih mampu mencari pendamping hidup sendiri.
Tapi nyarinya ga segampang membolak-balikan tangan. Mana mungkin ia dapat pasangan dalam tempo dua Minggu. Ia tak mungkin kan memilih pasangan hidup asal-asalan. Ia ingin mempunyai wanita yang bisa menerimanya apa adanya. Selalu ada disaat susah maupun senang. Bukan karna harta semata atau karna paras tampan.

Karna memang  selama ini wanita yang mendekatinya banyak, tapi mereka mendekatinya karna harta dan rupa saja.

" Woy om ngapain Lo pagi-pagi bengong ditempat sepi. Awas ke sambet setan baru nyaho Lo " ucap seseorang didepannya begitu keras hingga membuat telinganya berdengung.

KANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang