PART 31

1.2K 89 23
                                    

Kalian pasti tau caranya menghargai karya seseorang. Jadi tolong jangan jadi silent reader ya🤗

Happy reading guys!

*
*
*


" Bukan yang itu ya salam "

" Yang sebelah kanan "

" agak bawah dikit "

" Nah itu yang mentah petik 3 biji aja tapi yang gede "

" Naiknya lebih ke atas lagi dong, petikin mangga yang Mateng juga "

" Harus bener-bener mateng "

" Ke kiri dikit "

" Nah iya petik lagi 3 biji "

Suara teriakan itu berasal dari sang wanita hamil. Sedari tadi Nia terus memberi arahan pada Gibran agar mengambil mangga yang ia inginkan.

Pria itu mengelus dada sabar, ia mengingat kejadian tadi dimana yang harus mengambil buah sialan ini Bara namun karna pria itu tak bisa manjat dengan seenak jidat Bara menyuruh dirinya.

" Sebelum makan aku mau sesuatu dulu " 

" mau apa hm? "

"  mau mangga yang didepan rumah itu loh tapi kakak harus metik sendiri  ya ya ya " ucap Nia seraya menampilkan puppy eyes nya.

Bara melotot mendengar penuturan sang adik " Sayang kamu serius? Kamu tau sendirikan kakak gabisa manjat loh. Kita beli aja gimana mau ya? " bujuk Bara dengan lembut agar Nia menuruti perkataannya.

" Ga mau " ucapnya seraya menggelengkan kepalanya dengan tegas.

Bara memutar otak, lalu pandangannya beralih pada lelaki dihadapannya. Sedangkan yang ditatap sudah merasakan hawa-hawa tak mengenakan.

Satu

Dua

Tiga

" Sayang kamu ga mau kan kakak celaka? " Nia menganggukan kepalanya.

" Em yaudah  kalo gitu Gibran aja yang metik gimana? Dia jago manjat loh "

Nah kan benar!

" ya kan bran " ucap Bara dengan menatap melas seraya memberi kode agar Gibran menyetujui. Sedangkan Nia menatap penuh harap pada pria itu. Akhirnya dengan terpaksa mau tak mau ia pun menganggukkan kepalanya.

Untuk kesekian kalinya Gibran bisa menghela nafas pasrah mendengar suara yang begitu memekakkan telinga. Ia begitu heran apakah tenggorokan Nia tak sakit karna sedari tadi Nia tak berhenti meneriakinya dibawah sana.

Namun disatu sisi ia merasa gemas sendiri melihat Nia menekuk wajahnya. Ia juga merasa hatinya menghangat ketika bibir mungil itu melebarkan senyum indahnya.

Sedangkan dibawah sana Bara hanya tertawa ngakak melihat sahabatnya bergelantung seperti monyet. Lagi pula kapan lagi kan melihat CEO muda bergelantungan dipohon seperti ini.

Dirasa mangga yang diminta bumil sudah terpenuhi ia pun segera turun. Namun naas dahan yang ia injak ternyata tidak kuat menahan bobot tubuhnya hingga ia terjatuh dengan keadaan begitu mengenaskan.

BRUKKK

ARHHHGGGG

Dengan cepat kakak beradik itu mendekati Gibran. Nia menatap Gibran dengan penuh rasa bersalah sedangkan Bara tak kuasa menahan tawa melihat jatuh dengan kondisi memprihatinkan namun disatu sisi juga ia merasa kasihan.

KANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang