PART 43

1.4K 131 60
                                    

Kalian pasti tau caranya menghargai karya seseorang. Jadi tolong jangan jadi silent reader ya🤗

Maaf ya baru up soalnya author dari kemarin-kemarin sakit jadi baru bisa up sekarang🙏

Happy reading guys!

*
*
*

Terlihat seorang pria tengah mematut dirinya didepan cermin. Ia tengah bersiap untuk kantor pagi ini karna pekerjaan sudah menunggu dirinya.

" Pantes banyak cewe ngejar-ngejar muka gue seganteng ini " ujarnya seraya sesekali berdecak mengagumi ketampanan yang ia miliki.

" Huh tapi kenapa ya Nia ga terpesona sama gue "

" Apa kegantengan gue sedikit pudar "

" Tapi mana mungkin muka gue kan makin hari makin ganteng " ucapnya dengan terus memandangi pantulan dirinya di cermin.

Setelah dirasa cukup dirinya langsung turun lantai bawah. Pasti orang tuanya sudah menunggu untuk sarapan bersama. Pria itu terus melangkah dengan mulut sesekali bersenandung kecil. Entahlah semenjak ia mengenal seorang Kania hari-harinya mulai berwarna. Sifat dinginnya perlahan-lahan mulai memudar.

Saat sampai dirinya langsung mendudukan diri di depan kedua orang tuanya tanpa menghiraukan tatapan mereka berdua.

" Tumbenan banget anak mama ceria gini abis menang lotre? " Tanya Bela- sang mama tercinta.

Hal itu membuat si pria mendelik kesal " Dih enak aja aku tuh seneng karna udah dapet jodoh "

" Eh engga Deng baru calon jodoh " ralatnya.

Sontak hal itu membuat sepasang paru baya saling melempar pandang
" Jodoh yang kamu maksud Nia anak temen mama itu " pria itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

" Inget dia masih istri orang "celetuk Dani-sang kepala rumah tangga.

" Bentar lagi juga cerai " ucapnya begitu enteng.

" Ngomongnya asal jeplak aja " tegur Bella.

Memang mereka sudah mengetahui perasaan anaknya pada Nia. Sontak hal itu membuat pasangan paru baya itu marah. Mereka berdua juga tak menyangka jika anaknya akan mencintai wanita yang sudah memiliki suami dan anak. Hingga pada saat Gibran menceritakan betapa bejatnya Fazo. Sontak membuat keduanya  geram dengan tingkah laku pria itu yang tak bersyukur mempunyai istri seperti Kania.

Dan akhirnya mereka berdua pun setuju dan mendukung Gibran untuk memperjuangkan wanita yang diinginkannya.

" Lah bener ma, Nia udah ga mau lagi sama si Brengsek "

Dani pun menatap dalam sang anak yang akhir-akhir ini tengah menggebu-gebu mendekati anak temannya itu " Kalo gitu kamu pepet terus Nia supaya dia mulai nyaman dan cinta sama kamu  "

" Tapi jangan anaknya doang tuh keluarga nya juga dipepet biar gampang dapet restu. " tambah Bella.

" Siap laksanakan komandan " tegas Gibran dengan bibir melengkung keatas.

Namun perlahan senyuman nya pudar saat mengingat sesuatu " Emang bener nih mama papa serius setuju kalo aku sama Nia " tanya nya memastikan.

KANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang