PART 29

1K 90 18
                                    

Kalian pasti tau caranya menghargai karya seseorang. Jadi tolong jangan jadi silent reader ya🤗

Happy reading guys!

*
*
*

Terlihat seorang manusia tampan begitu menawan dengan jas hitam kebanggaannya. Ia sedari tadi tak hentinya menggerutu kesal karna orang yang ditunggu tak kunjung datang.

" Sialan ni orang kemana sih katanya bentar lagi sampe tapi udah hampir sejam gue nunggu tapi ga dateng-dateng "

" Anying banget ni orang "

" Awas aja kalo dia udah Dateng "

" Gue bakal pites tuh sampe badannya remuk "

" Anak setan " gerutunya dengan mata yang terus tertuju pada ponsel ditangannya tanpa menghiraukan tatapan pengunjung yang menatap aneh.

" Dasar orang gila " sindir seseorang yang terdengar begitu tajam.

Mendengar suara yang begitu familiar dengan cepat ia mengalihkan pandangannya " sialan Lo " umpatnya. Lalu ia beranjak untuk melakukan tos andalan mereka berdua.

" Gibran anying bisa-bisanya Lo baru Dateng padahal gue udah nunggu lama banget sialan " gerutu Bara penuh umpatan.

Lelaki itu terkekeh pelan mendengar gerutuan itu. Sahabatnya ini dari dulu  sampai sekarang tak ada perubahannya sama sekali. Selalu melontarkan kata-kata kasar yang begitu tajam dari mulut jahanamnya. Lelaki itu  Gibran Annovial Addison CEO perusahaan Addison group  sahabat dari seorang Bara King Andromeda. Gibran termasuk orang yang dingin tapi itu hanya berlaku pada orang asing dan kaum betina saja. Lelaki itu juga sangat digandrungi dikalangan wanita. Bagaimana tidak ia memiliki wajah begitu tampan, badan atletis, anak sulung penerus perusahan yang sedang naik daun.

Gibran dan Bara sudah bersahabat lama dari zaman SMA hingga sekarang. Setelah terjun dalam dunia bisnis mereka jarang bertemu karna kesibukan masing-masing. Namun mereka berdua selalu meluangkan waktu untuk bertemu entah untuk bernostalgia saat zaman sekolah, entah sharing tentang pekerjaan atau hanya nongkrong-nongkrong semata seperti anak muda pada umumnya.

" Namanya juga Jakarta ga jauh dari kata macet "

" Kalo kejebak macet tuh bilang bukan ' bentar lagi nyampe ' cuih bentar lagi tapi hampir sejam ga sampe-sampe " cibirnya

" Iya-iya sorry elah, udah mending sekarang lo makan sepuasnya gue traktir "

" Traktir makan? Gue masih mampu bayar sendiri uang gue bejibun " angkuh Bara seraya mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

" Gamau? Ya- "

" Elah ya mau lah masa Rezki ditolak gitu aja pamali " serobot Bara dengan cengengesan bodohnya. Gibran hanya memutar bola matanya malas.

Saat sedang asik makan diselingi dengan candaan yang terlontar dari satu sama lain, Bara tak sengaja melihat seorang pria yang begitu ia kenali. Matanya terus berfokus Bara  pada pria itu. Gibran yang penasaran apa yang dilihat sahabatnya ia pun mengikuti kemana arah pandang lelaki itu.

Kebetulan meja mereka berada dipojok sehingga orang yang mereka lihat tak menyadari keberadaannya. Mereka berdua terus memperhatikan interaksi dua manusia yang terlihat sedang dimabuk asmara itu. Salah satu diantara mereka terlihat tangannya terkepal begitu kuat. Matanya terus menyorot dua manusia itu begitu tajam seperti hewan buas yang akan menerkam mangsanya.

" Sialan! Dasar pria bajingan ga tau diuntung " ucapnya begitu tajam dengan urat leher menonjol yang begitu ketara.

" Bar Lo kenapa? " tanya pria dihadapan Bara dengan raut bingung.

KANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang