4. Pegawai Baru

2.4K 187 1
                                    


Devi baru tiga puluh menit duduk di ruangannya. Namun, sudah ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar. Meninggalkan pekerjaannya sejenak, ia beranjak berdiri untuk membuka pintu.

Pintu itu pun terbuka, nampaklah mbak Melda, sang manager restonya. Namun, perempuan yang seumuran dengannya itu tidak datang sendiri. Di sampingnya, telah berdiri seorang wanita cantik, yang tingginya hampir sama dengan dirinya.

"Mbak Melda bawa siapa?" tanya Devi tanpa basa-basi.

"Ini mbak Devi, mbak ini mau lamar kerja di sini" jawab mbak Melda.

"Oh, gitu? Kalau begitu, mari silakan masuk" ajak Devi pada perempuan tersebut dengan ramah. Mbak Melda pun dengan setia berada di samping Devi.

"Mbak benaran mau lamar kerja di sini?" tanya Devi, setelah Lintang dan Melda duduk di sofa di hadapannya.

"Iya, mbak."

"Oke. Sebelumnya maaf kalau saya lancang. Mbak nya lagi hamil, ya?" tanya Devi memastikan.

"Iya mbak, jalan empat bulan" jujur perempuan itu.

"Oke. Lalu, maaf lagi. Kenapa anda memilih bekerja, sementara perut anda sudah mulai membesar? Suami anda?" selidik Devi penasaran.

"Suami saya baru saja meninggal dua bulan yang lalu mbak, kecelakaan. Karena hal itulah, saya tidak mau berpangku tangan. Karena saya butuh bertahan hidup, dan nggak lama lagi saya akan melahirkan. Saya butuh uang tambahan" terang Lintang panjang lebar.

"Kedua orang tua atau keluarga mbak yang lainnya?"

"Papa mama saya masih sehat mbak tapi, kami berbeda rumah. Saya masih menempati rumah mendiang suami saya. Karena mertua saya tidak mengizinkan saya meninggalkan rumah itu."

"Baik, saya bisa memahami itu. Kalau begitu, bisa saya lihat CV nya, mbak?" pinta Devi yang di angguki perempuan di depannya itu.

Devi menerima amplop besar berwarna coklat. Berisi lembar CV milik Lintang. Ia dengan segera mengeluarkan berkas tersebut dari pembungkusnya, lalu mulai membacanya.

Baru saja melihat foto dan membaca namanya, Devi seketika tertegun. Nafasnya terasa tercekat di tenggorokan. Wanita di depannya ini bernama Lintang Pramudya. Nama depannya sama dengan nama yang di sebutkan Rama malam itu. Bahkan wajahnya sama persis, dengan yang pernah Devi lihat di wallpaper ponsel milik Rama. Walaupun ia melihat hanya sekejap karena faktor tidak sengaja. Tapi, ia belum lupa dengan foto yang saat ini, bentuk nyatanya ada di depan matanya.

Menetralkan diri dari keterkejutannya, Devi kembali bertanya namun, kali ini pada Melda, sang manager.

"Mbak Melda, posisi apa yang kosong atau sekiranya kekurangan anggota team?"

"Sepertinya bagian dapur, mbak. Akhir-akhir ini pelanggan terus bertambah, apa lagi kalau weekend. Bagian chef sampai kewalahan mengolah pesanan. Jadi, kalau mbaknya bisa dan mbak Devi berkenan, biar mbak nya gabung di team chef aja."

"Oke. Begini mbak Lintang, saya sudah dengan cermat dan teliti membaca isi CV anda. Dan tidak ada alasan bagi saya menolak orang yang sedang membutuhkan bantuan. Selamat, saya terima anda bergabung di restoran ini. Tapi, berikan saya tester kopi hitam dengan sedikit gula. Smoothie apel pisang, ayam bakar lada hitam. Saya kasih waktu tiga puluh menit" pinta Devi dengan sengaja.

"Baik mbak, saya siap!" sahutnya semangat.

"Baik, mbak Lintang. Mbak Melda, antarkan mbak Lintang ke dapur, ya?" perintah Devi yang di angguki Melda.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang