Happy reading, guys..❌❌❌
Mobil diky telah sampai di depan sebuah kantor besar berlantai tujuh. Menurut alamat yang tertera di kertas yang ia pegang, benar inilah alamat kantor Devi.
Lelaki itu segera memarkirkan mobilnya kemudian turun dan berlanjut masuk ke dalam kantor. Suasana sekitaran gedung itu sepi, karena masih jam kerja. Ia menghampiri meja resepsionis, yang terdapat dua pegawai di sana.
"Selamat pagi, mbak?" sapa Diky.
"Pagi, mas. Ada yang bisa saya bantu?" jawab dan tanya sang resepsionis.
"Saya mau ketemu Bu Devi, mbak. Bu Devi nya ada?" tanya Diky hati-hati.
"Oh, Bu Devi? Ada sih, mas. Tapi, beliau sepertinya sedang ada rapat dengan klien. Kalau nggak keberatan, bisa di tunggu di loby, mas. Mungkin sebentar lagi rapatnya selesai" terang si resepsionis lagi
"Oh, begitu? Baik mbak, saya tunggu saja sebentar" putus Diky akhirnya.
"Iya, mas. Mau minum apa?"
"Apa aja, mbak"
"Baik, saya panggil OB dulu, mas nya silakan duduk"
"Iya"
Diky beralih berjalan menuju kursi yang ada di loby, sementara sang resepsionis terlihat menghubungi seseorang. Mungkin menghubungi OB yang ada di pantry.
Diky menunggu Devi dengan gelisah. Berulang kali ia tatap kertas merah jambu yang ia pegang. Kertas yang namanya dan nama Arila bersanding di inti lembaran tersebut.
Sepuluh menit berselang, seorang OB datang dan menyerahkan segelas minuman dingin padanya. Dengan segera ia meminum air tersebut, guna menetralisir kegelisahan dan kegugupannya.
Ia kembali larut dalam lamunan, hingga tak menyadari Devi berjalan keluar bersama segerombolan orang-orang berdasi. Mereka nampak mengobrol santai.
"Terima kasih atas kunjungannya, pak Hendy. Perusahaan saya tentu akan sangat terhormat bisa bekerja sama dengan perusahaan besar bapak" ucap Devi penuh senyuman dan pujian.
"Sama-sama, Bu Devi. Ini karena saya sudah terbiasa melakukan kontrak kerja dengan perusahaan papa anda. Dan sekarang, saya tertarik untuk terikat kontrak dengan perusahaan putrinya. Siapa tahu, bersama perusahaan kami, perusahaan cabang yang anda pimpin ini bisa semakin maju" ucap pak Hendy dengan penuh doa dan ketulusan.
"Aamiin" sahut Devi sumringah.
"Kalau begitu, saya bersama orang saya permisi dulu, Bu Devi. Semoga kerja sama kita bisa berjalan lancar sesuai terget yang sudah kita agendakan"
"Iya pak, aamiin. Terima kasih sekali lagi, hati-hati di jalan" pesan Devi pada serombongan orang tersebut.
"Terima kasih, bu. Mari"
"Sama-sama, pak. Silakan"
Devi masih setia berdiri di pintu masuk kantor, mengantarkan kepulangan orang-orang mitra kerjanya dengan perasaan lega. Atas apa yang ia capai hari ini.
Saat itulah, Diky secara kebetulan mengalihkan pandangan ke arah pintu, di mana Devi masih berdiri di sana. Entah apa yang lelaki itu pikirkan, matanya begitu saja berembun.
Devi hendak berbalik namun, tertahan oleh resepsionis yang memanggilnya.
"Bu Devi, maaf" ucapnya canggung.
"Iya? Ada apa, mbak?" tanya Devi ramah.
"Ada tamu yang mencari ibu" sahur sang resepsionis .
"Siapa? Di mana orangnya?" tanya Devi sembari celingukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)
Ficção GeralJanji suci di antara kita, memiliki makna yang berbeda. Suci dan kebahagiaan bagiku namun, kosong dan neraka bagimu. Walau hatiku telah jatuh padamu, aku bisa apa? Jika akhirnya kau memilih menepi. Aku hanya bisa merelakan tanpa mampu lagi menahan. ...