8. Di Rumah Orang Tua Rama

2.6K 219 3
                                    


Selesai berbicara di ruangan Devi tadi, Rama menepati janjinya pada perempuan itu untuk memperkenalkan Lintang pada orang tuanya.

Saat ini, ia bersama Lintang dan anaknya, sedang dalam perjalanan menuju rumah masa kecil Rama. Mereka duduk dalam keheningan. Rafkha, anak Lintang, juga tengah anteng dalam tidurnya di gendongan sang bunda.

Wanita itu sedikit merasa canggung dengan Rama, setelah terungkapnya kebenaran tadi siang. Satu hal yang terlintas dalam benaknya. Ia telah berbuat jahat pada seorang perempuan, yang bahkan sudah sangat baik padanya.

Ia merasa tak enak hati karena dengan lancangnya telah menjalin kasih dengan suami orang. Walau ini bukan sepenuhnya salahnya, karena ia dan Rama sama-sama mau. Tanpa ia cari tahu dulu statusnya.

"Kamu kenapa diam aja? Ada yang mau di omongin?" tanya Rama yang tak tahan dengan suasana sepi di antara mereka.

"Nggak apa-apa. Aku cuma masih nggak nyangka, aku bisa sekejam itu nyakitin hati wanita lain. Dan kenapa kamu bodoh banget jadi laki?!" geram Lintang akhirnya.

"Kok bilang aku bodoh?! Kenapa coba?!" protes Rama tak paham.

"Enam bulan satu atap, kamu dengan entengnya pulang pergi ke rumahku. Padahal di rumah ada yang nungguin kamu. Kamu tahu nggak, kalau ada cinta yang besar di mata mbak Devi buat kamu? Kamu nyadar, nggak?!" serang Lintang menggebu.

Mendengar itu, Rama terdiam. Namun, gelengan di kepalanya sudah mampu menjadi jawaban kuat, betapa bodohnya lelaki itu di pikiran Lintang.

"Besok, aku nggak tahu lagi musti gimana pas ketemu mbak Devi? Aku kayak nggak punya muka, buat muncul di hadapan dia" ucap Lintang menyuarakan keresahannya.

"Kamu berhenti kerja aja gimana?" usul dan tawar Rama tiba-tiba.

"Terus, kalau aku berhenti kerja, anak aku gimana?" tanya balik Lintang.

"Ada aku yang akan nanggung hidup kamu sama Rafkha, kamu nggak perlu khawatir akan itu" sahut Rama mencoba meyakinkan.

"Tapi, kita belum nikah, yang" keluh Lintang.

"Makanya ayo, kita minta restu sama keluarga aku. Dan aku juga akan minta secara resmi sama orang tua kamu tentang kita. Biar kita bisa menikah, dan aku bisa bebas ngasih nafkah ke kalian" jawab Rama bersungguh-sungguh.

"Tapi, aku benar-benar nggak enak sama mbak Devi. Kalau keluarga kamu tahu akulah duri di pernikahan kalian, aku musti gimana?"

"Kamu masih ragu sama aku? Ragu sama cinta aku ke kamu?"

"Iya nggak gitu, aku cuma.."

"Ya udah, kalau nggak ragu, ayo kita lanjutkan apa yang sudah menjadi impian dan tujuan kita sejak lama"

"Oke. Tapi kamu janji ya? Gimanapun yang terjadi nanti, kamu tetap di samping aku. Aku cuma cinta sama kamu, dan aku butuh kamu buat nguatin langkah aku" tekat Lintang percaya diri.

"Iya. Aku akan selalu di samping kamu. Andaiakan mama sama papa juga kakak aku nolak kamu sekailpun, aku akan tetap nikahin kamu. Ma kasih udah bersedia bertahan sama aku" sahut Rama.

"Sama-sama" balas Lintang sembari menggenggam tangan Rama yang tengah mengemudi.

Pembicaraan mereka selesai. Keduanya sama-sama merasakan lega walau tidak sepenuhnya. Mobil Rama itu pun terus melaju dengan tenang. Hanya tinggal seperempat perjalanan, karena tak lama lagi mereka akan sampai di kediaman orang tua lelaki itu.

❌❌❌

Rama memarkirkan mobilnya di halaman besar rumah kedua orang tuanya. Bertepatan dengan adzan ashar yang berkumandang. Setelah mematikan mesin mobilnya, Rama mengajak Lintang turun. Ia dengan sigapnya mengambil alih Rafkha ke dalam gendongannya. Bayi dua bulan itu ternyata telah membuka mata dengan lucunya. Rama dengan gemas menciumi wajah mungil itu.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang