5. Sakitnya Meninggalkan Cinta

2.5K 240 10
                                    


Hai, assalamualaikum..

Apa kabar???

Aku hadir lagi nih..

Maaf kalau kelamaan update nya, ya???🙏🙏🙏

Oke, selamat membaca.

❌❌❌


Tersayat luar biasa hati Devi, ketika fase pernikahan yang telah di jalaninya kembali terbayang di pelupuk mata. Kembali ia cium penuh perasaan, bingkai foto yang masih ia dekap di dadanya. Badannya bergetar karena isakan. Dadanya naik turun karena merasakan sesak yang terlampau menyakitkan.

Hanya pada foto inilah, ia bisa mencium suami yang saat ini sudah menjadi mantan. Setiap malam, foto itu adalah penghantar tidurnya. Selama mereka satu atap, mereka berdua adalah orang asing yang tak tersentuh.

Kerap kali Devi ingin merasakan di sentuh, di peluk, di cium, di manja oleh suaminya. Tapi, sampai palu hakim memutuskan perpisahan mereka, ia baru tahu rasanya mendapat sentuhan hangat lelaki itu di tangannya.

Devi yang masih terisak, tidak menyadari bahwa Rama sudah datang, dan kini tengah menatapnya dalam diam di ambang pintu.

Melihat bagaimana rapuhnya sang mantan istri, Rama ikut merasakan rasa tak menentu di dadanya. Entahlah, seperti ada goresan yang tiba-tiba tercetak di hatinya. Tidak berdarah, tidak terlihat namun, terasa perihnya.

Selama enam bulan pernikahan mereka, inilah pertama kalinya ia menyaksikan sisi tersembunyi perempuan itu. Selama ini, hanya sisi tegar yang Rama tahu, tidak dengan sisi rapuh dan terluka seperti saat ini.

Beberapa menit berlalu, tangis Devi pun akhirnya mereda. Ia menyeka bersih air mata yang membasahi kedua pipinya. Tak lupa ia memasukkan serta, gambar berbingkai itu ke dalam tas pakaiannya. Satu lagi, Devi mengeluarkan sesuatu dari laci.

Buku nikah.

Iya, Devi mengeluarkan buku nikah dari laci. Kemudian memasukkannya ke dalam tas yang sama, dengan tempat figura tadi.

Sekali lagi, ia menghembuskan pelan nafasnya. Kemudian ia ambil dua tas itu dan menentengnya sembari beranjak keluar dari kamar. Namun, langkahnya begitu saja terhenti, ketika mendapati Rama ada di pintu kamarnya.

Pandangannya terpaku, dadanya kembali berdentum. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Rama mendekat ke arah Devi. Sedikit mengikis jarak di antara mereka. Tanpa di minta dan tidak bisa lagi di tahan, air matanya turun kembali. Padahal matanya sudah sangat sembab.

"Saya minta maaf" ucap Rama akhirnya. Devi hanya bisa menganggukkan kepala sembari tersenyum tipis.

"Kamu mau tinggal di mana?" tanya Rama sekali lagi.

"Jangan pikirkan saya. Bersikaplah seperti biasa mas, selayaknya orang asing. Agar saya lebih mudah meninggalkan rumah anda" jawabnya sembari terpatah.

"Maaf. Sebelum kamu pergi, tolong katakan sekali saja. Apa yang kamu rasakan selama enam bulan seatap dengan saya?"

"Saya sudah tidak ada hak mengutarakan apapun itu pada anda. Kita bukan lagi suami istri kalau anda lupa. Biarkan ini menjadi rahasia saya. Yang pasti, segala macam perasaan, saya rasakan selama ini"

"Kamu minta apa?"

"Tidak ada mas, saya tidak minta apapun dari anda. Saya bukan milik siapa-siapa lagi saat ini."

"Boleh, saya bawakan tas kamu?" tawar Rama canggung.

"Silakan, mas" jawab Devi cepat. Ia tidak ingin berdebat.

Mereka berdua kemudian keluar dari kamar Devi menuju lantai bawah. Sementara dari lantai bawah itulah, mbok Wati menatap mereka yang tengah menuruni anak tangga. Dengan tatapan yang sulit di artikan.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang