69. Bonus Part

2.1K 122 5
                                    

Yang minta ekstra part semalem unjuk tangan☝️☝️☝️

Selamat membaca, ya???🤗🤗🤗

❌❌❌

Enam Tahun Kemudian

Matahari sudah terbit sempurna namun, Diky masih betah tertidur di ranjangnya. Ayah yang sedang menanti kelahiran anak keduanya itu, baru pulang dari rumah sakit sekitar dua jam yang lalu.

Rasa kantuk dan lelah yang menyerang, membuatnya tak lagi sanggup memakai baju setelah mandi. Ia hanya mengenakan celana trening panjangnya, lalu membaringkan dirinya di tempat ternyamannya itu.

    Di halaman belakang rumah, Devi tengah berjalan-jalan kecil. Sembari menemani Rafa dan Ravi yang tengah bermain bola. Papa dan mamanya sedang berada di rumah Deni. Beliau berdua tengah menjenguk anak abangnya yang tengah demam.

Sebenarnya semenjak tengah malam tadi, Devi sudah merasakan kontraksi walau masih ringan. Pagi ini, kontraksinya terasa semakin sering. Ia beberapa kali harus memijat pelan pinggangnya yang menegang.

Tidak seperti kehamilan yang pertama. Di kehamilan yang kedua ini, Devi juga turut merasakan yang namanya mual dan ngidam. Walau Diky juga masih seperti dulu, terkena imbas kehamilannya. Kali ini ia kembali mengandung janin kembar namun, jenis kelaminnya sepasang, laki dan perempuan.

"Bang, sini deh!" panggil Devi pada dua anaknya yang tengah minum.

Mendapat panggilan dari mamanya, mereka segera meletakkan gelas dan mendekat.

"Iya, ma? Kenapa? Dedek nendang lagi, ya?" tanya Rafa perhatian.

Bocah itu menggerakkan tangannya mengelusi perut besar sang mama, yang sebenarnya tengah menegang. Ravi pun tak mau kalah. Ia juga turut mengusapi perut yang di baliknya sedang berlindung calon adik-adiknya.

"Ma kasih, Abang. Dedek sepertinya udah nggak sabar pengin ketemu Abang, nih. Minta tolong bangunin papa, ya? Bilang, di tunggu mama di halaman belakang" pinta Devi pada si kembar.

"Siap, ma! Biar Abang Ravi yang banguni papa, Abang Rafa di sini aja jagain mama!" sahut Ravi tanggap.

Bocah enam tahun itu segera berlari masuk ke dalam, untuk memanggil sang papa. Sementara Rafa menggiring sang mama untuk duduk di kursi yang ada di taman.

❌❌❌

    Suara pintu kamar yang di buka dengan keras, membuat Diky terkejut. Namun, lelaki itu tak juga membalikkan badan untuk melihat siapa yang masuk ke kamarnya.

Sesosok tubuh kecil menaiki pinggangnya. Dari ukurannya, ia tahu siapa yang membuatnya terbangun. Sudah pasti itu salah satu dari putranya. Tak hanya menaiki pinggangnya, putranya itu juga meniupi telinganya, menciptakan sensasi geli yang tak dapat ia tahan.

"Ada apa sih, bang? Papa masih ngantuk" keluh Diky dengan suara pelan.

"Papa bangun, dong."

"Ngantuk, Abang. Papa baru pulang dua jam yang lalu"

"Bangun, nggak?! Bang Ravi tiup lagi nih, telinganya!" seru Ravi mengancam papanya

"Nggak mau" sahut Diky malas.

Ravi kembali mendekatkan bibirnya pada telinga sang papa. Namun, kali ini bukan untuk meniup melainkan membisikkan sesuatu.

"Papaku sayang, di tungguin mama sama bang Rafa di halaman belakang. Dedek di perut mama udah mau keluar" bisiknya pelan tapi, jelas.

"Hah? Yang bener bang?!" seru Diky tak percaya.

"Bener, papa. Makanya ayo, papa bangun terus turun samperin mama. Kita bawa mama ke rumah sakit" sahut Ravi panjang lebar.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang