61. Kok?

1.9K 161 3
                                    

Lanjut, lah..

Selamat membaca..

❌❌❌

Diky telah berada di ruang UGD dan tengah memeriksa seorang ibu enam puluh tahunan dengan kondisi lemas memprihatinkan. Ibu tersebut sudah di berikan oksigen dan juga infus.

Bersama dua orang dokter lainnya dan tiga orang suster, Diky tampak serius memeriksa sebelum mendiagnosa sakit yang di derita si ibu.

"Dokter Diky? Ini bener komplikasi nggak sih?" tanya dokter Andra, dokter muda beberapa tahun di bawahnya.

"Iya dok, memang komplikasi. Paru-paru si ibu sudah bermasalah, ada kebocoran di jantung juga sepertinya. Sama, lambung dalam kondisi yang bisa di katakan buruk" jawab Diky panjang lebar.

"Tepat, itu sakit yang di derita beliau. Sepertinya kita harus lakukan pembedahan untuk menghentikan kebocoran di jantung. Kita minta persetujuan dari keluarga pasien dulu" timpal dokter Adi, dokter yang lima tahun lebih tua darinya.

"Iya dok. Memangnya, keluarga pasien di mana, dok?" tanya Diky, karena tidak melihat seorang pun di depan ruang UGD.

"Sedang urus administrasi dok, sebentar lagi mungkin juga kembali"

"Oke"

"Suster Ari, tolong kabarkan pada keluarga pasien, apa yang sus dengar barusan, ya? Bilang, kami tunggu di sini untuk diskusi" titah dokter Adi, yang di angguki suster.

"Baik, dok."

Suster Ari segera keluar untuk menemui keluarga pasien,  menyampaikan apa yang di titahkan sang dokter.

"Dengan keluarga pasien?" tanya suster Ari pada segerombolan orang yang ada di depan pintu UGD, ketika ia membuka pintu.

"Iya dok, kami keluarganya, saya anaknya" sahut seorang lelaki segera mendekat.

"Anda di minta menemui dokter di ruang UGD, pak. Ada yang ingin para dokter sampaikan"

"Baik, suster. Mas masuk dulu ya?" pamitanya pada sang istri.

"Iya, mas"

Sang lelaki yang tak lain adalah putra si ibu pasien, segera masuk menyusul sang suster yang telah lebih dulu masuk.

Di dalam ruang UGD, sudah menunggu tiga dokter dan beberapa perawat. Lelaki itu mendekat ketika melihat salah seorang dokter yang lebih tua dari yang lain mempersilakannya mendekat

"Dengan keluarga pasien?" tanya dokter Adi.

"Iya dok. Saya Firman, anak beliau" sahut si lelaki yang mengaku bernama Firman tersebut.

Mendengar nama itu, Diky sontak menolehkan kepalanya menghadap wajah sang keluarga pasien. Dan ternyata benar. Ingatan dan pikirannya belum lupa dengan sosok yang kini tengah mendengarkan dokter Adi berbicara.

Ternyata dunia memang begitu sempit. Ia kembali di pertemukan dengan suami mantan tunangannya. Dalam hati, ia hanya berharap semoga lelaki itu tak mengenali dirinya.

"Dokter Diky sudah siap?" tanya dokter Adi, yang melihat dokter berkepala tiga itu melamun.

Kali ini giliran lelaki bernama Firman itu yang tertegun. Lamat-lamat ia seperti mengingat seseorang bernama Diky di masa lalu. Tapi, ia tak berani menduga lebih jauh.

"Siap, dok. Saya ganti baju dulu!" sahut Diky yang segera masuk ke sebuah ruangan, untuk mengganti bajunya dengan baju steril.

Sementara Diky dan Andra mengganti baju mereka, dokter Adi kembali mengobrol dengan Firman.

"Pak Firman, sebentar lagi ibu anda akan kami bawa ke ruang operasi. Silakan menunggu di luar, dan mohon bantuan doanya, semoga operasi yang akan kami lakukan berhasil"

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang