6. Rumah Baru

2.5K 235 23
                                    

Hai, semua..

Apa kabar???

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Semoga kesehatan, keselamatan, keberkahan melingkupi kita.

Happy reading..

❌❌❌

Waktu semakin cepat berlalu. Tepat pukul 21.00 WIB, Devi tiba di rumah barunya. Rumah yang sebenarnya sudah ia beli seminggu yang lalu.

Rumah dengan satu lantai menjadi pilihannya. Dengan halaman yang cukup luas, nantinya bisa untuk berkebun mbok Wati yang suka dengan sayuran.

Ia hanya akan tinggal berdua dengan mbok Wati suatu hari nanti. Karenanya ia pikir, akan lebih sederhana jika rumah dengan lantai satu menjadi tempat tinggalnya. Ia tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk merawat rumah. Juga agar mbok Wati tidak terlampau kelelahan mengurusnya nanti.

Setelah memasukkan mobilnya ke garasi, ia lantas keluar. Tak lupa ia turunkan pula barang belanjaan, yang hampir memenuhi seluruh kabin di dalamnya.

Sebelum mengangkat barang-barangnya ke dalam rumah. Ia lebih dulu membuka pintu, untuk memudahkan pekerjaannya. Maklum, ia masih sendiri, belum ada mbok Wati yang bisa ia mintai tolong.

     Setelah ia berhasil membuka pintu, hal pertama yang ia lakukan ialah menyalakan lampu ruang tamu dan lampu teras. Setelah lampu menyala, Devi mulai mengangkat sedikit demi sedikit barang bawaannya.

"Assalamualaikum!"

Suara seruan salam terdengar di pendengaran Devi. Mau tak mau ia menoleh.

Di depan gerbang rumah barunya yang setinggi dada, terdapat beberapa ibu-ibu dan bapak-bapak. Dari penampilannya, sepertinya mereka semua baru pulang dari suatu kajian.

Melihat itu, Devi segera meletakkan kembali barang-barangnya, dan beralih menghampiri para warga tersebut.

"Waalaikum salam ibu-ibu, bapak-bapak. Mari, silakan masuk" sahut Devi sembari mempersilakan para tetangga masuk.

Para tetangga itu pun mengikuti Devi yang membimbing mereka masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu yang perabotnya masih baru itulah, Devi mempersilakan para tamunya singgah.

"Selamat datang di rumah saya, ibu bapak sekalian. Maaf masih berantakan, soalnya saya baru sampai" ucap Devi tak enak hati.

"Nggak apa-apa, mbak. Kami tadi kebetulan lewat dari pulang kajian, dan lihat ada orang baru. Jadi, kami mau nyapa dulu sebentar. Oh iya perkenalkan, saya Bu Ani, ini suami saya pak Hadi. Itu pak Hamid, pak Rahmat, kemudian ini Bu Lilis, sebelahnya Bu Siti, dan terakhir itu Bu Eni" ucap Bu Ani memperkenalkan diri dan juga kawan-kawannya.

"Oh iya, salam kenal semua. Saya Devi, saya orang baru di sini. Rumah ini baru saya beli sekitar satu Minggu yang lalu. Nantinya saya akan tinggal berdua dengan pembantu saya di sini. Tapi, untuk saat ini, saya tinggal sendiri karena pembantu saya masih pulang kampung" ucap Devi dengan berbohong di akhir kalimatnya.

"Iya, iya. Mbak Devi ada yang bisa kami bantu, mungkin?" tanya Bu Lilis.

"Sebenarnya saya sedang membereskan barang bawaan saya, Bu lilis. Tapi, tak apa, biar saya rapikan sendiri" tolak Devi halus.

"Kita bantuin aja gimana mbak Devi? Kasihan, mbak Devi pasti capek. Mana sendiri, dan udah malem lagi" tawar Bu Eni.

"Eh jangan Bu, nanti malah merepotkan kalian" tolak Devi lagi.

"Nggak ada yang merasa di repotin  mbak. Kami malah senang bisa membantu mbak. Ayo pak Rahmat, pak Hamid, kita bantuin tetangga baru kita" ajak pak Hadi pada dua rekannya.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang