60. Pamer Istri baru

2.2K 152 13
                                    


Lanjut..

Selamat membaca..

❌❌❌

Pagi pun datang, matahari juga mulai meninggi. Bias sinar hangatnya menembus jendela besar di kamar Devi. Membangunkan sang pemilik kamar yang tertidur dalam pelukan lelakinya, selepas mereka jamaah shubuh tadi. Perempuan yang telah menjadi wanita itu, menguap kecil lalu berusaha sepelan mungkin mengubah posisinya menjadi duduk.

    Gerakan sepelan apa pun ternyata masih mampu membuat suaminya terusik. Lelaki itu mengerjapkan mata lalu ikut duduk di samping istrinya. Mengambil kaca mata lalu memakainya.

"Pagi, sayang?" sapa Diky sembari memeluk Devi dari belakang, tak lupa menyertakan kecupan di puncak kepala wanitanya.

"Pagi, mas. Tolong kaca mata adek, mas" pinta Devi, yang dengan senang hati di turuti Diky.

"Terima kasih"

"Sama-sama. Mau turun sekarang?"

"Iya"

"Oke. Yuk, cuci muka dulu terus kita ke bawah"

"Oke"

Devi lebih dulu turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi dengan berjalan pelan. Diky memaklumi kondisi sang istri.

Tepat setelah istrinya masuk, ponsel miliknya yang ada di atas nakas berbunyi. Ia dengan segera mengambil gawainya tersebut, siapa tahu panggilan darurat. Dan benar saja, nama kontak rumah sakit tempatnya bekerja tertera di layar.

"Pagi, dokter? Maaf mengganggu" sapa suara seorang perawat perempuan menyapa dari seberang.

"Pagi, suster. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Diky.

"Maaf dok. Dokter di panggil untuk ke rumah sakit sekarang. Ada pasien yang baru datang, dan saat ini sedang di periksa dokter Adi. Pasien terindikasi ada penyakit dalam yang sudah komplikasi, butuh kerjasama dengan dokter untuk pemeriksaan pastinya" jelas sang suster panjang lebar.

"Baik, saya usahakan segera sampai di rumah sakit"

"Iya dok, terima kasih"

"Sama-sama"

Diky menutup pembicaraan dan menaruh kembali ponselnya di atas nakas. Bersama itu, Devi keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar.

"Mas habis ngobrol sama siapa?" tanya Devi sembari duduk di depan Diky.

"Suster di rumah sakit. Mas di minta datang ke sana sekarang, ada pasien yang butuh pertolongan dan pemeriksaan. Boleh mas pergi?"

"Boleh. Menolong yang membutuhkan adalah pekerjaan mas. Tapi, boleh nggak, kalau adek ikut mas ke rumah sakit?"

"Boleh, dengan senang hati mas bawa adek ke rumah sakit. Sekalian mas mau pamer kalau udah punya istri. Biar nggak ada lagi yang manggil mas perjaka tua"

"Emang ada yang manggil gitu?"

"Banyak. Ya udah, mas mau ke kamar mandi dulu. Adek turun dulu aja, baju mas biar mas ambil sendiri"

"Nggak apa-apa mas, adek nggak nyiapin bajunya mas?"

"Nggak apa-apa. Tapi, minta tolong buatkan teh hangat sedikit gula, boleh?"

"Boleh."

"Ma kasih"

Setelah mengecup kening Devi singkat, Diky segera beranjak menuju kamar mandi.

Sepeninggal Diky, Devi dengan segera merapikan ranjang. Lalu beralih membuka gorden, agar sinar matahari dapat menghangatkan kamarnya secara keseluruhan.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang