16. Fakta Di Balik Hari Bahagia

2.4K 194 2
                                    


Selamat membaca 🤗🤗🤗

❌❌❌

Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi pasangan calon pengantin Rama dan Lintang. Keduanya terlihat mengenakan gaun berwarna senada, ungu muda, untuk acara akad nikah yang akan berlangsung sebentar lagi.

Kedua mempelai telah duduk dalam satu meja bersama wali dan saksi dari keluarga masing-masing, juga para petugas dari KUA setempat.

Kurniawan Pramudya, yang merupakan ayah Lintang, mengambil posisi di depan Rama. Paruh baya itu yang akan menikahkan calon menantu dengan putrinya. Tangan beliau sudah menjabat tangan Rama untuk prosesi akad.

"Semua sudah siap?" tanya pak penghulu, yang di jawab siap, oleh para hadirin yang ada di sana.

"Bismillahirrahmanirrahim. Ananda Rama Abyasa bin bapak Hendra Abyasa, saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya Lintang Pramudya binti Kurniawan Pramudya dengan mas kawin emas dua puluh lima gram, uang tunai sepuluh juta rupiah serta seperangkat alat salat di bayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Lintang Pramudya binti Kurniawan Pramudya, dengan mas kawin tersebut tunai"

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillah"

Kata sah dan ucapan syukur akhirnya menggema di dalam gedung tersebut. Rona bahagia tampak terpancar dari sepasang anak manusia, yang baru saja sah menjadi suami istri tersebut. Mereka kemudian saling bertukar cincin.

Lintang dengan hikmat mencium tangan Rama sebagai tanda baktinya. Begitu pun Rama yang mencium kening Lintang sebagai tanda sayangnya.

Riuh tepuk tangan dan kilatan kamera tak berhenti mengiringi momen manis mereka berdua.

Mama Nur dan keluarga Lintang, adalah orang yang paling bahagia di sana. Namun, tidak dengan papa Hendra. Lelaki paruh baya itu, tampak berulang kali menyusut air mata, yang turun dengan lancang membasahi kedua pipinya. Haru dan pilu menyerbu hati terdalamnya bergantian.

Ketika akhirnya Rama dan Lintang bersimpuh meminta restu di depannya. Isak tangisnya semakin tak dapat ia tahan. Di pelupuk matanya, yang terbayang adalah mantan menantunya, saat meminta restu kala itu.

"Allah.." lirih papa Hendra tergugu, sembari menguatkan hati mengelus puncak kepala keduanya.

Setelah Rama dan Lintang bergeser dari hadapannya. Lelaki itu segera mengusap air matanya. Dan kemudian beranjak berdiri. Ia sudah tak sanggup jika harus ada di sana lebih lama.

"Ma, papa permisi dulu ya? Ada panggilan dari orang papa" pamit papa Hendra berbohong.

"Jangan lama-lama pa, malu sama besan kita. Masa waktunya terima tamu papa nggak ada" bisik mama Nur memperingati.

"Iya ma, nggak akan lama kok" sahut papa Hendra semeyakinkan mungkin.

Setelah berpamitan pada besannya, papa Hendra bergerak keluar gedung. Lelaki itu berjalan ke arah parkiran, di mana mobilnya berada. Beliau tak sadar, jika putri sulung dan menantu lelakinya, mengikuti langkahnya dari belakang.

Papa Hendra masuk ke dalam mobil dan mengunci pintunya. Sembari melonggarkan dasi, turunlah kembali air mata yang beberapa menit lalu beliau seka. Beliau menangis sekencang yang beliau bisa.

Tak lama kemudian, jendela di sampingnya di ketuk dengan agak keras. Terpaksa ia turunkan kacanya. Nampak lah di sana, wajah anak perempuan dan suaminya, menatapnya dengan sendu dan khawatir.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang