34. Bertemu Keluarga Mantan

2K 142 10
                                    


Satu jam sudah, Devi dan Andita berada di dapur. Mereka berdua memasak berbagai menu makanan. Dalam pandangan Devi, jika kelak ada jodoh antara abangnya dan Andita. Abangnya itu pasti akan bahagia dan betah makan di rumah. Karena ternyata, Andita termasuk tipe perempuan yang pandai memasak. Terlepas dari sifatnya yang pencemburu dan kadang kekanakan.

Devi sedang mencuci peralatan memasak yang baru saja mereka gunakan. Sementara Andita dengan di bantu seorang pelayan, membawa hasil masakan ke taman yang ada di samping restoran. Devi yang meminta di bangunkan gazebo di sana, untuk tempat bersantai.

Devi kebagian membawa minuman buatannya. Tak lupa secangkir kopi hitam sedikit gula, juga ia sertakan di atas nampan yang ia pegang.

Sampai di gazebo rupanya keluarganya sudah ada di sana. Mereka sedang menunggu kehadirannya.

"Ini, Devi bawain minuman segar buat kalian!" ucap Devi sembari menghidangkan gelas demi gelas berisi minuman dingin hasil racikannya. Sementara ia memegang secangkir kopi hitam.

"Sejak kapan kamu minum kopi?" selidik papa penasaran, berhasil menghentikan kegiatan Devi yang hendak menyeruput kopi hitam panas tersebut.

"Hanya pingin aja kok, pa" elak Devi menutupi. Ia tak mungkin menceritakan kebiasaan nyeleneh setelah bercerai.

"Kamu punya sakit maag lho, kalau kamu lupa!" peringat papanya.

"Iya, Devi nggak lupa kok, pa. Lagi pingin aja kok, ini" jawab Devi lagi, tetap dengan alibinya.

"Ya udah, ayo kita makan aja. Deni udah laper dari tadi pagi!" sela Deni untuk menghentikan papanya menginterogasi adiknya.

Ia tak akan membiarkan kesenangan baru adiknya turut hilang karena rasa penasaran papa mereka.

Mereka berlima pun akhirnya makan bersama. Dengan mama dan papa yang berulang kali memuji citarasa masakan yang di buat Andita. Tepat seperti dugaan Devi. Keluarganya  menyukai perempuan yang pintar memasak. Bukan berarti tidak menyukai perempuan yang tidak bisa memasak, ya? Hanya saja, pintar mengolah bahan makanan menjadi masakan lezat, adalah nilai plus di mata keluarganya.

❌❌❌

Di parkiran restonya bagian depan, dua mobil baru saja berhenti di sana. Setelah berhasil terparkir rapi, penumpang dari masing-masing mobil itu keluar. Mereka bersamaan masuk ke dalam resto Devi.

Mereka semua adalah Rama dan keluarga kecilnya, papa mama, juga keluarga kecil kakaknya. Mereka berniat mampir untuk makan siang, setelah perjalanan jauh dari rumah kerabat mama Nur yang mengadakan hajatan.

Mereka memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela besar, persis berhadapan dengan taman dan gazebo tempat keluarga Devi bercengkerama.

"Selamat siang? Selamat datang di resto DA. Silakan buku menunya" sapa seorang pelayan di meja keluarga mereka bertiga berkumpul, sembari menyerahkan empat buku menu.

Keluarga besar Rama pun segera menerima buku menu tersebut, dan memesan beberapa makanan berat dan ringan, tak lupa pula minuman.

Setelah semua di catat, pelayan tersebut undur diri ke belakang untuk menyampaikan pesanan tersebut.

Mata balita Rafkha tiba-tiba berbinar ketika melihat ke arah luar. Persis di mana keluarga Devi berada. Bocah lelaki itu melihat ada seekor kupu-kupu yang hinggap di atas bunga mawar yang ada di taman itu. Ia jadi tidak bisa diam, karena sudah gemas ingin menyentuh serangga indah itu.

"Papa, yun!" pinta Rafkha.

"Mau ke mana, kak?" tanya Rama mencoba memahami anaknya.

"Yi, pupu!" sahutnya gemas.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang