Halo hai..
Duh, aku nggak sabar buat nyapa kalian lagi..
Terima kasih buat yang udah baca, vote, komen, follow, juga buat yang sekedar mampir aja. Pokoknya terima kasih🤗🤗🤗
Selamat membaca..😇😇😇
❌❌❌
Di ruangan pribadinya, kini Devi dan Diky tengah duduk di sofa sembari berpelukan. Dua anak manusia itu tengah saling menguatkan. Perdebatan dengan Rama adalah guncangan bagi mereka berdua. Namun, mereka tak ingin kalah dengan keadaan. Mereka yakin bisa melalui semuanya, menjemput bahagia yang sebenarnya.
Diky menolak Devi yang hendak mengobati luka di ujung bibirnya. Ia hanya ingin memberi dan menerima pelukan dari sang istri. Untuk meredam kobaran rasa cemburu dan takut yang muncul di dalam dadanya.
"Terima kasih mas, udah ada di saat yang tepat. Devi makin kuat karena mas" ucap Devi yang tengah menyandarkan kepala di dada Diky.
"Sama-sama. Mas juga akan kuat kalau bersama adek. Luka di wajah mas nggak seberapa sakitnya, jika di banding luka batin adek saat itu. Mas nggak akan biarin orang yang udah norehin luka di hati adek, bisa nyentuh adek walaupun cuma seujung kuku" sahut Diky sungguh-sungguh. Devi semakin merasa jatuh cinta dengan suaminya itu.
"Terima kasih, mas" ucap Devi sembari mengecup dengan manis, rahang Diky dan juga pada lebam yang tercetak di ujung bibir lelakinya itu.
"Adek, rusak suasana aja deh! Jangan mancing kenapa, sih? Masih belum malam lho, ini!" seloroh Diky jahil, yang sukses di balas cubitan pedas di perut oleh Devi.
"Mas nyebelin!" sahut Devi merajuk.
Diky tertawa saja melihat tingkah Devi yang lain dari biasanya. Lelaki itu balik menghujani wajah Devi dengan kecupan sayang.
"Dek?" panggilnya setelah selesai memberikan kecupan.
"Iya mas, kenapa?" tanya balik Devi.
"Emang iya, kamu lagi hamil?" tanya Diky penasaran. Namun, rupanya pertanyaan sang suami membuat ia kembali merasa bersalah.
"Kalau untuk itu, maaf mas. Adek terpaksa bohong tadi. Soalnya adek udah kehabisan akal gimana caranya supaya dia berhenti ganggu ketenangan adek. Maaf mas, kalau adek bikin mas kecewa" jawabnya panjang lebar sembari menunduk. Diky mencoba memaklumi, karena ia juga sudah menduga itu.
"Nggak apa-apa, dek. Mas bisa ngerti kok, gimana tertekannya adek kalau dalam kondisi seperti barusan. Tapi, kalau misal nanti kita ke rumah sakit aja gimana? Kita periksain kandungan adek, siapa tahu adek beneran hamil? Adek juga kelihatannya telat nggak Dateng bulan, tuh" bujuk Diky hati-hati.
"Iya, mas. Tapi, kalau nanti adek periksa ternyata nggak hamil, gimana?" tanya Devi dengan wajah menyendu.
"Iya nggak apa-apa, dong! Kan cuma periksa sih, buat mastiin aja. Kalau hamil Alhamdulillah, kalau nggak berarti kita masih harus usaha lagi."
"Iya, mas. Kalau gitu, kita sekarang aja ke rumah sakitnya mas. Sekalian mas anterin adek beli es krim yang ada di ujung jalan itu. Adek lagi pengin banget makan es krim di sana"
"Oke! Anything for you, love!" seru Diky dengan mimik genit. Membuat Devi sukses tertawa lebar.
Akhirnya mereka berdua memutuskan meninggalkan resto, dan beralih menuju rumah sakit. Devi tak ingin memaksakan diri melanjutkan pekerjaan, di tengah gangguan yang membuyarkan konsentrasinya.
❌❌❌
Mobil yang di kemudikan Diky melaju menuju rumah sakit. Ia mengemudi dengan kecepatan sedang, agar sang istri bisa menikmati memakan es krim yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)
Ficción GeneralJanji suci di antara kita, memiliki makna yang berbeda. Suci dan kebahagiaan bagiku namun, kosong dan neraka bagimu. Walau hatiku telah jatuh padamu, aku bisa apa? Jika akhirnya kau memilih menepi. Aku hanya bisa merelakan tanpa mampu lagi menahan. ...