Waktu berlalu dengan cepat. Jam dinding di ruang kerja Devi sudah menunjukkan pukul dua siang. Devi yang sudah duduk terlalu lama, segera bangkit untuk merenggangkan otot tubuhnya yang kaku.Ia juga belum salat dhuhur. Jadilah ia bergegas mengambil wudhu' terlebih dahulu, sebelum melaksanakan kewajibannya. Seusai wudhu' ia segera memakai mukenah. Dengan khusu' ia memulai pertemuannya dengan Tuhan.
Tujuh menit berlalu, Devi telah selesai dengan salatnya. Tak lupa ia tengadahkan tangan untuk melambungkan pinta.
"Ya Allah... Tuhan tempatku bersandar. Ampunkan diri ini yang banyak melupakanMu. Kuatkan aku di setiap langkahku. Jadikan aku orang yang tak lupa akan nikmat dari Mu. Jagakan keluargaku, ya Allah. Sembuhkan luka hatiku. Begitu juga dengan cintaku. Hapuslah perlahan, ya Allah. Aku lelah menjadi orang yang seperti ini. Ampunkan aku ya Allah."
Devi mengakhiri do'a pendeknya. Ia segera melipat mukena dan menyimpannya. Setelahnya, ia keluar dari ruang salat dan kembali duduk di kursi kebesarannya.
Ia berencana pulang lebih awal, karena ingin menengok resto lamanya. Yang sudah berbulan-bulan, ia percayakan pada Melda dan Alya.
Ia membereskan laptop dan juga beberapa berkas, lalu memasukkannya ke dalam tas kerja miliknya. Setelah di pastikan rapi, ia segera keluar ruangannya. Tak lupa, ia bawa pula nampan berisi piring, gelas, dan cangkir bekas sarapannya pagi tadi.
Sampai di lantai bawah, ia berpapasan dengan Mia yang sepertinya baru selesai mencatat pesanan pelanggan.
"Ibu mau pulang?" tanya Mia, yang melihat Devi bersiap pergi.
"Iya Mia, mau mampir ke resto lama dulu" jawab Devi sembari tersenyum tipis.
"Oh. Kalau gitu sini Bu, biar Mia bawa ke belakang nampannya" pinta Mia.
"Nggak apa-apa emangnya?"
"Nggak Bu, biar Mia yang bawa, sekalian setor daftar menu pesanan pelanggan, ibu bisa pulang sekarang"
"Beneran?"
"Iya, Bu"
Setelahnya Mia segera mengambil alih nampan yang ada di tangan Devi, dan segera membawanya menuju dapur. Sementara itu, Devi bergegas mengambil mobilnya di garasi belakang resto.
Setelah menghidupkan mesin mobilnya, Devi segera tancap gas menuju ke arah resto lamanya berada.
❌❌❌
Devi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, sambil menikmati suasana sore yang berangin, juga sedikit rapat di jalanan. Tak lupa ia nyalakan musik untuk meramaikan mobilnya, yang selalu sepi setiap harinya.
Dua jam lima belas menit, telah ia habiskan untuk menempuh resto lama dari resto baru. Sedikit lambat dari biasanya, karena ia mengemudi dalam kecepatan sedang dan bahkan pelan.
Ia membelokkan mobilnya ke parkiran. Setelah memarkirkan mobil ia segera masuk ke dalam restonya. Ia di sambut mbak Melda yang terlihat tengah menyapa pelanggan.
"Sore, mbak Devi?" sapa mbak Melda ramah.
"Sore juga mbak Mel? Apa kabar?" balas Devi tak kalah ramah.
"Baik mbak. Saya baik, semua pegawai di sini juga baik, termasuk restonya juga baik" jelas mbak Melda panjang lebar.
"Alhamdulillah. Kalau gitu saya ke atas dulu mbak, mau Ashar bentar" pamit Devi yang di angguki Melda.
Setelah berpamitan, Devi segera menuju ruangannya di lantai atas. Ia tak menghiraukan dengan beberapa lelaki yang menatapnya dengan tatapan kekaguman.
Sesampainya di ruangannya, Devi terlebih dahulu mengunci pintu. Setelahnya, ia letakkan barang bawaannya ke atas meja. Sebelum mengambil air wudhu', ia terlebih dahulu masuk ke kamar kecil yang ada di ruangannya. Ia akan mengganti baju dengan yang lebih santai dan bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)
Художественная прозаJanji suci di antara kita, memiliki makna yang berbeda. Suci dan kebahagiaan bagiku namun, kosong dan neraka bagimu. Walau hatiku telah jatuh padamu, aku bisa apa? Jika akhirnya kau memilih menepi. Aku hanya bisa merelakan tanpa mampu lagi menahan. ...