Empat puluh hari sudah, Lintang tiada. Kehidupan Rama tentu saja berbeda. Waktunya terbagi-bagi dengan tidak kondusif. Ia harus merangkap peran sebagai ayah sekaligus ibu bagi kedua anak yang bergantung hidup padanya. Belum lagi ia masih harus memikirkan kelanjutan hidup para karyawan, yang menggantungkan nasib pada perusahaannya.Seperti pagi ini, ia sudah berkutat di dapur untuk membuatkan makan bagi dua bocah jagoannya. Padahal pagi masih buta. Tapi, ia tak sendiri, asisten rumah tangganya juga turut membantu. Sementara sang pengasuh, ia tugaskan menemani dua anaknya di kamar. Karena di jam seperti sekarang ini, mereka belum bangun.
Semangkuk kecil bubur sudah selesai ia siapkan. Semangkuk makanan yang lebih padat juga sudah siap. Ia meletakkan dua mangkuk tersebut ke meja makan. Kemudian ia kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan sedikit pekerjaan.
Ia dengan segera duduk di kursi kerjanya, begitu ia sampai di kamarnya. Tangannya bergerak memegang berkas dan menghidupkan laptop. Sebentar kemudian ia mulai larut dalam pekerjaannya.
Baru lima belas menit berkutat dengan berkas-berkas di depannya, ponsel yang ada di saku celananya berdering, tanda panggilan masuk.
Nama mama mertuanya nampak di layar ponsel pintarnya. Ia segera menekan ikon berwarna hijau di sana.
"Assalamualaikum, ma? sapanya mengawali.
"Waalaikum salam" jawab mamanya dari seberang.
Selanjutnya obrolan pun berjalan ringan, sambil sesekali ia membaca berkas di tangannya. Di akhir perbincangannya, sang mama mertua mengabarkan jika siang ini beliau ingin datang ke rumah Rama. Ayah dua anak itu mengiyakan saja.
Setelahnya, obrolan benar-benar berakhir. Rama segera membereskan berkas-berkas kerjanya. Ia masukkan semuanya ke dalam tas, lalu ia pergi ke kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian, ia telah selesai mandi. Berlanjut memakai baju dan sepatu. Setelah menyisir rambutnya dengan rapi, ia membawa tas dan kunci mobil di tangan kanannya. Tangan kirinya ia gunakan membawa jas kantornya.
Sampai di meja makan, ia melihat dua jagoannya tengah di suapi oleh pembantu dan pengasuh anak-anaknya. Ia bisa bernafas lega karena pagi ini bisa terbebas dari drama seperti biasanya.
Ia segera memakan sarapan yang telah siap di atas meja. Waktu masuk di kantornya tinggal sebentar lagi. Walaupun sebagai atasan, ia tidak bisa datang seenaknya.
Beberapa menit kemudian ia telah selesai dengan sarapannya. Setelah meminum kopi hitamnya, ia memberikan kecupan sayang untuk kedua anaknya.
"Papa berangkat kerja dulu ya, sayang-sayangnya papa? Jangan rewel, jangan susahin mbok sama mbak di rumah" bisik Rama bergantian pada kedua anaknya.
Setelah itu ia keluar rumah dan masuk ke dalam mobilnya. Kemudian ia mengemudikannya menuju kantor.
❌❌❌
Sampai di kantornya, ia memarkirkan mobilnya. Kemudian ia masuk dan langsung menuju ruangannya di lantai teratas gedung tersebut.
Sampai di sana ia segera menenggelamkan diri dengan pekerjaan, untuk meminimalisir otaknya dari memikirkan Lintang juga Devi yang bersamaan menghuni hatinya.
Lama berkutat dengan pekerjaannya, ia tak menyadari bahwa waktu makan siang telah tiba. Bunyi pesan masuk di ponselnya, mengalihkan atensinya sejenak dari pekerjaan.
Mama Mertua
Assalamualaikum, Rama?
Nih, mama udah siap-siap
Ke rumah kamu. Kamu nggak
Lupa, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)
قصص عامةJanji suci di antara kita, memiliki makna yang berbeda. Suci dan kebahagiaan bagiku namun, kosong dan neraka bagimu. Walau hatiku telah jatuh padamu, aku bisa apa? Jika akhirnya kau memilih menepi. Aku hanya bisa merelakan tanpa mampu lagi menahan. ...