21. Undangan Reuni

1.5K 135 0
                                    


Hai, semua...

Apa kabar? Semoga baik ya?..

Kasih suara yok..

Yang setuju AKTSM ini aku tamatin duluan? Unjuk tangan..!!!...

Oke, ma kasih..

🤗🤗🤭

Selamat membaca...

❌❌❌

Tiga bulan kemudian

Waktu demi waktu berlalu. Hari ini tepat tujuh bulan sudah, Devi menghuni rumahnya bersama mbok Wati. Terhitung pula tujuh bulan sudah ia menjadi janda.

Ia kembali menjadi Devi yang teramat pendiam. Hanya bicara ketika butuh bantuan. Akan keluar rumah untuk kerja, kerja, dan kerja. Selebihnya, ia gunakan waktunya untuk mendekam dalam kamarnya yang nyaman.

Pagi ini seperti biasa, ia sedang bersiap-siap di kamarnya. Pilihan pakaiannya jatuh pada dress di bawah lutut berlengan sesiku berwarna hitam. Ia bergegas memakai pakaian  pilihannya tersebut. Dengan tak lupa menyematkan ikat pinggang kecil, sebagai pemanis penampilannya.

Setelah itu ia menyisir rambut panjangnya, lalu mengikatnya menjadi satu bagian. Kemudian ia sapukan bedak di wajahnya. Setelah memastikan penampilannya rapi dan segar, ia memutuskan keluar dari kamarnya.

Seperti biasa, pagi ini ia akan bertolak ke resto cabangnya. Ia lebih bisa mengendalikan diri di sana. Resto lamanya, ia percayakan pada mbak Melda dan Alya, orang yang paling kompeten dan paling ia percaya, jika ia tak ke sana.

"Pagi, mbak Devi?" sapa mbok Wati, ketika melihat Devi menghampiri meja makan.

"Iya mbok, pagi" balasnya sembari tersenyum tipis.

Setelah itu ia duduk di kursinya lalu segera meminum kopinya. Ia tidak sarapan pagi ini, karena ia ingin makan di restonya saja.

"Bawa bekal, mbak?" tawar mbok Wati.

"Nggak mbok, ma kasih. Biar Devi makan di resto aja" jawabnya, sebelum akhirnya menandaskan kopi.

"Devi berangkat dulu mbok, hati-hati di rumah, ya?" pamitnya.

"Iya, mbak. Mbak Devi nya juga hati-hati di jalan" pesan mbok Wati.

Setelah memakai flat shoes nya, ia segera membawa tas dan juga kunci mobilnya. Wanita dua puluh delapan tahun itu pun mengemudikan mobilnya keluar komplek, menuju resto yang lumayan jauh jaraknya.

❌❌❌

Satu jam empat puluh lima menit berkendara, akhirnya Devi sampai di restonya. Setelah memarkirkan mobil di parkiran belakang gedung, ia keluar dengan membawa serta tas dan juga barang-barang penting lainnya.

Setelah memastikan mobilnya aman, ia melangkah ke restonya dengan melewati pintu samping. Pintu yang ia khususkan untuk keadaan darurat.

Hendak menuju ruangannya, ia bertemu dengan Asti, manager di restonya yang ini.

"Pagi, Bu Devi" sapa Asti dengan sopan.

"Pagi, mbak Asti. Gimana keadaan resto seminggu ini?" tanya Devi basa-basi.

"Alhamdulillah, aman Bu. Perlahan-lahan resto ini semakin banyak pengunjung" lapor mbak Asti.

"Alhamdulillah. Ya udah, saya ke atas dulu ya? Oh iya mbak, tolong suruh satu orang pramusaji ke ruangan saya, mbak. Saya butuh sarapan. Udah itu aja, terima kasih"

"Sama-sama bu, siap. Sarapan segera di antar"

Setelahnya, Devi segera naik ke lantai dua, di mana ruang kerjanya berada. Sampai di sana, ia segera membuka laptop pintarnya. Seperti biasa, ia akan menenggelamkan diri bersama deretan angka dan huruf, yang tertera di layar tipis tersebut.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang