33. Maafin Aku (2)

1.9K 131 3
                                    


Deni dan Andita akhirnya kembali mesra sebagai sepasang kekasih. Mereka berdua banyak bercerita tentang hal-hal yang mereka lalui selama mereka putus. Beban yang mengganjal di dada seolah lenyap begitu saja.

"Mas, perempuan tadi, beneran adek kamu?" tanya Andita tiba-tiba, karena masih penasaran.

"Iya, emang kenapa?" jawab dan tanya Deni balik.

"Nggak kenapa-kenapa. Kok aku nggak tahu ya, kalau kamu punya adek?"

"Karena, karena hubungan aku sama adek sempat kurang baik saat aku dan kamu masih pacaran dulu. Jadi, mas belum sempat ngenalin kalian berdua" terang Deni.

"Oh, gitu? Di mana sekarang adek kamu mas? Aku mau minta maaf soal tadi. Pasti dia sedih banget deh, kalungnya udah aku patahin" tanya Andita dengan menyesal.

"Adek mas ada di lantai dua di ruangannya. Soal kalung itu, biar nanti mas yang ganti"

"Adek kamu pemilik resto ini?" tanya Andita memangkas penasarannya.

"Iya. Mas aja baru tahu kalau dia bisnis woman, waktu kita berdua hampir baikan beberapa bulan lalu. Ayok, kalau mau ketemu adek mas. Mas anterin ke sana!"

"Nggak apa-apa mas? Aku malu tapi"

"Nggak apa-apa. Adek mas baik kok!"

Andita akhirnya menyetujui ajakan kekasihnya itu. Mereka berdua melangkah keluar dari privat room menuju lantai dua.

❌❌❌

Di lantai dua, di dalam ruangannya, Devi tengah merapikan beberapa dokumen yang tadi ia periksa. Setelah memilah-milah, ia menyimpannya ke dalam laci yang ada di belakang kursi kebesarannya. Tak lupa ia masukkan pula laptop miliknya.

Hari ini waktunya para karyawannya gajian. Dengan intercome ia memanggil mbak Melda untuk menggantikan urusannya di sini.

Tak lama pintu ruangannya yang separuh terbuka di ketuk, mbak Melda masuk dengan sopan. Karena di sofa ada sepasang paruh baya, yang tak lain adalah orang tua bosnya itu.

"Silakan duduk, mbak!" ucap Devi mempersilakan.

"Iya mbak, terima kasih. Ada yang bisa saya bantu?" tanya mbak Melda setelah duduk di depan Devi.

"Hari ini, waktunya anak-anak gajian, kan?" tanya Devi memastikan.

"Iya mbak, betul" jawab mbak Melda.

"Saya titip, tolong gaji mereka semua mbak yang bagiin, ya? Karena saya ada keperluan penting dengan keluarga. Ini, data dan uang cash nya. Gaji buat mbak, nanti langsung masuk rekening pribadi mbak" terang Devi sembari menyerahkan tas berisi uang dan map berisi data dengan besaran gaji yang sudah Devi hitung.

"Baik mbak, ada lagi?"

"Nggak mbak, terima kasih. Mbak Melda boleh kembali ke ruangan mbak"

"Baik, mari semua, permisi!"

Mbak Melda pun telah keluar, Devi mengajak orang tuanya untuk pergi ke restonya yang lain. Tentunya hal itu masih ia rahasiakan.

Belum sempat mereka bertiga keluar, Deni masuk dengan menggandeng tangan seorang wanita cantik yang tadi menyerang Devi.

"Papa? Mama?!" sapa Deni terkejut, dengan kehadiran orang tuanya.

"Abang? Dari mana aja? Eh inini ll nibawa siapa, bang? Cantik banget!" puji mama Rumi sembari menghampiri Andita.

"Andita, tante" sapa Andita seramah mungkin dengan mencium tangan mama Deni.

Jujur saja, ini adalah kali pertama ia bertemu keluarga Deni. Dan tentu saja ia grogi.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang