45. Rengekan Ibu Hamil

2K 123 4
                                    


Happy reading, kawan-kawan..

🤗🤗🤗

❌❌❌

Sudah dua bulan berlalu, Devi semakin di sibukkan dengan pekerjaannya yang menyita waktu. Menjalin keseriusan dengan seseorang seakan bukan lagi prioritasnya. Semua dedikasinya hanya untuk keluarga dan pekerjaannya.

Genap tiga bulan sudah ia memimpin kantor cabang. Kini, perusahaan yang di bawahinya itu menunjukkan geliat kemajuan. Papa, mama, juga abangnya, semakin bangga dengan pencapaian perempuan itu.

Tidak hanya perusahaan, restorannya juga mengalami kemajuan setara. Esok hari, ia akan meresmikan dua cabang baru sekaligus. Gedungnya sudah selesai di bangun Minggu lalu, perabotannya juga sudah terisi lengkap. Dan entah siapa yang memulai, ia semakin di kenal sebagai janda yang kaya mendadak, dan ia tak peduli itu. Ia hanya peduli hidupnya yang semakin ringan, semakin nikmat. Bangkit memang tidak ada sia-sianya asal mau mencoba.

Pagi ini masih buta, karena adzan shubuh baru sepuluh menit berlalu. Namun, Devi sudah turun ke dapur untuk membuat sarapan. Ia tidak mengizinkan pembantu mamanya memasak. Sang asisten rumah tangga ia biarkan membersihkan rumah saja.

Ia memasak sepagi ini bukan tanpa alasan. Semalam, kakak iparnya menelepon meminta di buatkan udang asam manis di campur serutan mangga muda. Kakak iparnya itu sedang mengandung enam Minggu, dan sedang dalam fase mengidam.

Devi dengan senang hati menuruti permintaan sang calon keponakan yang masih janin itu. Karena Andita hanya ingin tangannya yang mengolah, bukan orang lain. Dan jam enam pagi nanti, ibu hamil itu akan datang untuk menagih masakan keinginannya.

Devi dengan cekatan mengolah beberapa menu makanan. Selain udang asam manis permintaan sang kakak ipar. Ia juga membuat soto ayam tauge, ikan nila bakar, sambal cabai merah. Tak ketinggalan tahu tempe goreng.

Saking menikmatinya di dapur, ia tak merasa telah menghabiskan waktu satu seperempat jam untuk menyelesaikan semua masakannya.

Tepat ketika ia menata masakannya ke atas meja, mama Rumi keluar dari kamar dan menuju ruang makan. Beliau tersenyum hangat melihat putrinya yang tengah sibuk sendiri.

"Pagi, Bu koki!" sapa mama Rumi, yang di belakangnya menyusul sang papa.

"Pagi juragan! Makanan udah siap, silakan duduk!" sahut Devi menirukan gaya ala-ala pembantu.

"Kamu bisa aja!" timpal mama dan papanya bersamaan.

Sepasang paruh baya itu segera duduk di kursi masing-masing. Devi beralih ke dapur sebentar. Tak lama ia kembali dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh hijau untuk papa dan mamanya.

"Teh nya ma, pa" ucap Devi sembari menyuguhkan teh tersebut.

"Itu masakan apa sih, nak? Kayak tumis udang? Tapi, kok ada serutan buahnya?" celetuk papa yang mengamati sepiring makanan aneh.

"Oh itu? Itu udang asam manis campur serutan mangga muda, pa. Permintaan calon cucu papa. Semalem menantu papa yang minta di buatin" terang Devi lantas duduk di kursinya.

"Assalamualaikum!" seru seseorang dari depan.

"Waalaikum salam!" jawab mereka bertiga bersamaan.

Orang yang mengucapkan salam ternyata Andita dan Deni. Sepasang calon orang tua itu bergantian menyalami papa, mama, juga Devi.

"Panjang umur, nak. Baru aja kita ngomongin kamu" sela mama Rumi.

"Ngomongin Andita kenapa, ma?" tanya si ibu hamil.

"Nggak ada, nak. Itu, kok ada makanan aneh. Ternyata Devi bilang punya kamu" sela papa Zakaria mewakili jawaban istrinya.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang