Seiring dengan cuaca yang mendung sore ini..Semoga semuanya dalam keadaan sehat..
Semakin murah Rizqi, di permudah segala urusan, terkabul segala yang di hajatkan, Amien..
Selamat membaca
❌❌❌
Mobil Devi telah sampai di rumahnya. Bukan perempuan itu yang mengemudi tapi, Diky. Sang arsitek tersebut bersedia mengantarkan sang klien hingga ke rumahnya.Mbok Wati yang tengah mencuci di belakang rumah, segera berjalan tergopoh-gopoh ke depan. Ketika pendengarannya menangkap suara derum mobil datang. Dan benar saja, penglihatannya melihat bahwa mobil majikannya telah kembali ke rumah.
Hingga akhirnya ada yang membuat mbok Wati heran. Dari dalam mobil, tepatnya dari belakang bangku kemudi. Keluarlah seorang lelaki dengan perawakan tinggi, berkulit kuning Langsat, dengan tampang ceria. Lelaki itu mendekat ke arahnya berdiri.
"Permisi, assalamu'alaikum" sapanya dengan ramah.
"Wa'alaikum salam, monggo. Maaf, dengan siapa ya?" jawab dan tanya mbok Wati.
"Saya mitra kerja ibu Devi, mbok. Benar ini dengan rumah beliau?" tanya Diky memastikan.
"Iya benar, saya pembantunya. Mbak Devi nya mana ya, mas?" gusar mbok Wati.
"Ibu Devi nya ada di dalam mobil, mbok. Bisa bantu saya bawa Bu Devi masuk?"
"Loh, mbak Devi kenapa memangnya, mas?" panik mbok Wati sembari mendekati mobil Devi.
Sebelum mbok Wati bertanya lebih lanjut, pintu tempat di mana Devi duduk sudah lebih dulu terbuka. Menampilkan sosok wanita yang ia khawatirkan. Wajah majikannya itu terlihat sayu dan pucat. Tertancap pula jarum infus di tangan kirinya.
"Tuh kan, mbak Devi tumbang beneran, kasihan lihatnya" panik mbok Wati dengan suara bergetar karena menangis.
"Nggak apa-apa mbok, nggak usah sedih. Ayo mbok, tolong bantu Devi keluar" pinta Devi akhirnya.
"Mbok nya nggak akan kuat, ibu. Biar saya saja yang bantu" usul Diky. Di tangannya sudah ada kursi roda.
"Mau ya mbak, di bantu mas nya?" tawar mbok Wati pada Devi.
Tidak ada pilihan lain, tidak ada lelaki yang ia miliki di sini. Akhirnya ia menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.
Mbok Wati lebih dulu memundurkan posisinya, agar Devi bisa keluar. Dengan hati-hati, Diky membopong Devi keluar dari mobil untuk pindah ke kursi roda. Setelah Devi duduk dengan benar, Diky mulai mendorong kursi roda tersebut ke dalam rumah. Sementara kantong infus di pegang mbok Wati.
"Ini di gantung pakai apa ya mbak, kantong infusnya?" tanya mbok Wati.
"Punya besi buat gantung handuk nggak, mbok? Yang atasnya bulet?" sela Diky. Otaknya tiba-tiba terkoneksi ke sana.
"Oh iya mas, ada-ada. Sebentar, saya ambilkan di teras belakang" sahut mbok Wati.
Wanita paruh baya itu pun bergegas ke belakang, untuk mengambil barang yang di butuhkan.
Tak lama kemudian, ia kembali dengan mendorong gantungan handuk yang di maksudkan Diky baru saja.
"Gantungan yang seperti ini, mas?" tanya mbok Wati memastikan.
"Nah, iya mbok, yang seperti itu!" seru Diky.
Mbok Wati mendekatkan tiang besi tersebut ke samping kursi roda. Diky segera menggantung kantong infus di besi tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/300555729-288-k257731.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)
Fiction généraleJanji suci di antara kita, memiliki makna yang berbeda. Suci dan kebahagiaan bagiku namun, kosong dan neraka bagimu. Walau hatiku telah jatuh padamu, aku bisa apa? Jika akhirnya kau memilih menepi. Aku hanya bisa merelakan tanpa mampu lagi menahan. ...