28. Permintaan Gila

1.8K 151 4
                                    


Selamat membaca..

❌❌❌

Jam dinding di ruang pribadi Devi menunjukkan pukul 12.00 WIB, artinya sudah masuk jam makan siang, bahkan hampir habis.

Devi sedang tertidur di sofa di ruangannya tersebut. Entahlah, sejam yang lalu ia merasakan matanya mengantuk luar biasa. Akhirnya ia memilih tidur hingga kini jam sudah berganti angkanya.

Di lantai bawah, sepasang suami istri paruh baya, yang tak lain adalah orang tua Rama. Baru saja datang dan memasuki resto klasik milik mantan menantu mereka.

Setelah menemukan tempat duduk, papa Hendra memanggil seorang pramusaji yang kebetulan menyambutnya.

"Mau pesan apa, pak?"

"Makan siang menu spesial di resto ini, minumnya lemon tea dua"

"Baik pak, ada lagi yang lain?"

"Nggak mbak itu aja. Em, maaf mbak, Devi nya ada?" tanya papa Rendra.

"Kalau itu saya kurang tahu pak, saya baru datang, permisi"

Pelayan itu pun segera kembali ke dapur untuk menyerahkan daftar menu yang baru saja ia tulis.

Dari arah belakang, mbak Melda datang menghampiri meja papa Hendra.

"Selamat siang ibu, bapak? Selamat datang di DA resto. Sudah pesan sesuatu?" sapa mbak Melda.

"Oh iya mbak, sudah. Baru saja pelayannya ke belakang" sahut mama Nur.

"Oh, baiklah. Perkenalkan saya manager di sini, terima kasih atas kunjungannya. Mohon bersabar menunggu pesanan ya pak, Bu? Saya tinggal dulu" pamit Melda. Namun, sebelum sempat beranjak, mama Nur memanggilnya.

"Sebentar mbak!"

"Iya Bu? Ada yang bisa saya bantu?"

"Em, pemilik restorannya ada mbak?"

"Ada, Bu. Kebetulan masih di ruangannya, belum keluar. Ada apa ya, Bu?"

"Saya, saudara jauhnya. Kebetulan saya ingin ketemu. Bisa tolong panggilkan, mbak?"

"Baik Bu, saya coba ya?"

"Terima kasih ya, mbak?"

"Sama-sama Bu, permisi"

Mbak Melda pun merubah tujuan. Ia tadinya hendak ke dapur namun, kini harus naik ke lantai atas untuk memanggil Devi.

Sepeninggal Melda, papa Hendra menegur mama Nur. Beliau kurang senang dengan cara mama Nur yang berbohong tentang siapa mereka.

"Ma, kenapa nggak jujur aja sih, kalau kita mertuanya Devi?"

"Mantan, pa. Kita sudah mantan mertua anak papa itu. Lagian kalau nggak gitu, Devi juga belum tentu mau ketemu kita. Karena mama udah banyak salah sama wanita pilihan mama sendiri. Mama nggak punya cara lain, pa"

"Iya sudah deh, kita tunggu saja kalau gitu. Semoga Devi bersedia turun"

Tak lama dari itu, makanan pesanan papa Hendra datang. Pasangan mantan mertua Devi itu memutuskan makan terlebih dahulu, sembari menunggu Devi menemui mereka.

❌❌❌

       Devi mendengar sayup-sayup pintu ruangannya di ketuk, mau tak mau ia membuka matanya. Bangkit dari berbaring dan merenggangkan otot kakunya sebentar, ia kemudian beranjak membuka pintu.

"Ada apa mbak, Mel?" tanya Devi ketika melihat mbak Melda yang mengetuk pintu ruangannya.

"Itu mbak, di bawah ada pelanggan pingin ketemu sama mbak Devi. Katanya saudara jauhnya mbak Dev" terang mbak Melda, membuat Devi sedikit berpikir.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang