2. Pahit

3.4K 243 7
                                    


Hai, hai... Selamat pagi..

Selamat menjalani hari baru..

Semoga di lancarkan segala urusan kita, Amien..

Happy reading..

❌❌❌

      
Mobil yang di kendarai Devi melaju dengan tenang. Di sepanjang perjalanan itulah, kilasan demi bayangan kisah pernikahannya, hingga berakhir di meja hijau beberapa menit yang lalu. Berlomba menari di pelupuk matanya. Hal itu tak ayal memicu air matanya kembali menetes tanpa permisi.

Inilah sisinya yang rapuh. Bagian jiwanya yang butuh tempat bersandar. Namun, pada manusia yang mana ia bersandar? Membagi apa yang ia rasakan? Sedangkan ia sudah terasingkan dari banyak orang, termasuk dari keluarganya sendiri.

Ia bukan wanita miskin. Bahkan untuk menghidupi dirinya, ia terbiasa menggunakan uang hasil usahanya. Tapi, ia yang harus berakhir hidup sendiri setelah ini, membuatnya merasa tak memiliki apa-apa.

Drama besar telah ia dan Rama perankan. Sebuah skenario perselingkuhan, seolah ia yang melakukan. Padahal, jangankan untuk selingkuh, memikirkan lelaki lain pun ia tak sanggup. Hatinya sudah menjatuhkan pilihannya, pada orang yang sah menikahinya.

Inilah akhirnya, label tukang selingkuh sudah melekat di dirinya. Andai ia mampu mengatakan yang sesungguhnya, bahwa semua ia lakukan demi kebahagiaan sang mantan. Mungkin akan berbeda ceritanya. Namun, lidahnya sudah kelu untuk sekadar mengatakan bahwa ia masihlah seorang gadis. Enam bulan masa pernikahannya, Rama enggan berkontak fisik dengannya. Menganggapnya seolah hanya sebuah manekin di rumah besar lelaki itu.

Dan sementara di luar sana, ada seorang cinta pertama mantan suaminya. Yang di perlakukan sebaliknya oleh lelaki itu, bahkan di hari pertama ia menyandang status sebagai seorang istri.

❌❌❌

       Devi menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang tinggi nan kokoh sebuah rumah. Rumah itu adalah tempat tinggalnya selama ini. Istana sang mantan suami. Ia sengaja memarkirkan mobilnya di sana, karena ia hanya akan singgah sebentar.

Ia kemudian turun dari mobil dan melangkah masuk ke halaman. Nafasnya kembali tercekat, kala semakin dekat dengan bangunan besar itu. Berbagai kilasan kisah pernah terjadi di sana. Dan detik ini kembali membayanginya.

Ia masih sangat mengingat, di teras yang luas itulah, ia suka duduk berlama-lama. Menunggu Rama kembali dari tempat kerjanya. Sesekali ia berdiri di depan pintu, menunggu sampai jam berapa pun lelaki itu pulang dari luar kota. Walaupun kenyataan yang terjadi ketika mereka bertemu, hanya tatapan dingin nan acuh yang Devi terima.

Devi menghembuskan nafas lelahnya pelan. Ia harus bisa memulai hidup barunya. Walau entah sulit atau mudah perjalanan itu nantinya.

    Sebelum ia sempat mengetuk pintu yang menjulang tinggi itu. Rupanya seseorang dari dalam telah lebih dulu membukanya. Setelah daun pintu terbuka sempurna, tampaklah mbok Wati di sana. Beliau adalah asisten rumah tangga, yang telah ikut dengannya enam bulan ini.

Perempuan lima puluh tiga tahun itu, menatapnya sendu. Beliau sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan sepasang majikannya. Karena beliau adalah orang yang paling tahu, tentang kebenaran kisah rumahtangga mereka. Pun dengan segala rencana gila tuan dan sang nyonya.

Tak mampu lagi menahan sesak. Perempuan paruh baya itu, dengan segera memeluk majikannya yang baik hati sambil beruraian air mata.

"Mbak.." Isak mbok Wati.

"Nggak apa-apa, mbok. Semua memang sudah jalan Devi harus begini" ucap Devi menenangkan sambil tersenyum tipis.

"Tapi, mbok nggak tega, mbak" sahut mbok Wati parau.

Andai Kau Tahu Sakitnya Melepaskan (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang